KURASI MEDIA- Pada awal perdagangan, Selasa (3/10/2023) pagi, terjadi pelemahan nilai tukar atau kurs rupiah yang mencapai Rp15.370 per dolar Amerika Serikat (AS). Informasi dari Bloomberg menyebutkan bahwa rupiah melemah sebanyak 41 poin saat pembukaan perdagangan. Hingga pukul 09.18 WIB, tercatat penurunan sebesar 63 poin atau 0,41 persen menjadi Rp15.593 per dolar AS.
Sehari sebelumnya, pada Senin (2/10/2023), kurs rupiah ditutup dengan penurunan sebanyak 70 poin atau 0,45 persen, mencapai Rp15.530.
Lukman Leong, seorang pengamat pasar keuangan, memproyeksikan bahwa mata uang rupiah akan mengalami tekanan lebih lanjut, dipengaruhi oleh data manufaktur Amerika Serikat. Menurutnya, data tersebut akan meningkatkan ekspektasi terhadap kebijakan bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (the Fed).
Baca Juga:Harga Emas Antam Hari ini Semakin Turun Hingga 10.0005 Tips Jualan di Tokopedia Agar Kebanjiran Orderan
“Ekspektasi suku bunga the Fed akan meningkat seiring dengan data manufaktur AS yang lebih kuat,” ujar Lukman.
Ariston Tjendra, pengamat pasar keuangan lainnya, menyatakan bahwa penguatan dolar AS terhadap rupiah dipicu oleh harapan pasar bahwa kebijakan suku bunga tinggi di AS akan berlanjut dalam jangka waktu lebih lama. “Harapan ini didasarkan pada perbaikan data ekonomi AS serta pernyataan dari petinggi bank sentral AS, Michael Barr dan Jerome Powell, semalam,” tutur Ariston.
Selain itu, data terbaru mengenai indeks PMI manufaktur AS yang diumumkan semalam menunjukkan adanya pemulihan, naik dari angka indeks 47,7 menjadi 49. Pemulihan ekonomi di Amerika mendukung kebijakan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi.
“Inflasi di dalam negeri yang masih stabil, sepertinya belum mampu mengimbangi kekuatan dolar AS terhadap rupiah hari ini,” tambahnya.
Ariston menyatakan bahwa rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS, dengan perkiraan kisaran Rp15.500-Rp15.600, sementara Lukman memproyeksikan bahwa pergerakan rupiah terhadap dolar AS akan berada dalam kisaran serupa pada hari tersebut.