KURASI MEDIA- Arti semangka Palestina. Protes anti-Israel semakin meningkat selama konflik dengan Hamas. Saat ini, simbol semangka muncul sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.
Beberapa warganet telah mengadopsi cara kreatif dengan menggunakan simbol semangka di media sosial sebagai ekspresi dukungan terhadap Palestina. Simbol ini sebenarnya telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai bentuk simbol solidaritas.
Banyak orang menyuarakan keadilan dan pembebasan Palestina melalui berbagai cara, termasuk protes lisan, boikot produk yang diduga mendukung zionis, dan meningkatkan perbincangan di media sosial agar isu Palestina terus dibahas hingga konflik berakhir.
Baca Juga:Profil Lengkap Elkan Baggott, Pemain Indonesia yang Berhasil Mencetak Sejarah di Kompetisi Domestik Liga InggrisRekomendasi HP Gaming 2023 dengan Kualitas RAM Besar dan Anti Lemot, Simak Spesifikasinya di Sini
Selain menyuarakan dukungan, mereka yang berbicara di media sosial juga harus melawan propaganda yang sering muncul dalam konteks isu Palestina dan Israel yang dapat mengarah pada penyebaran informasi yang tidak akurat.
Penting untuk diingat bahwa beberapa pengguna media sosial mungkin mengalami pembatasan atau penutupan akun mereka karena isu Palestina secara algoritmatik bisa menjadi target pembatasan oleh pihak tertentu.
Maka dari itu, pendukung Palestina mulai menggunakan simbol ‘Semangka’ sebagai cara unik untuk tetap menyuarakan dukungan mereka dan menghindari pembatasan.
Simbol ‘Semangka’ sebenarnya bukan hal baru dalam konteks solidaritas Palestina. Penggunaan semangka sebagai simbol solidaritas Palestina telah ada sejak tahun 1967, saat pemerintah Israel melarang pengibaran bendera Palestina di beberapa wilayah yang dikuasainya.
Selain semangka, ada makanan lain yang terkait dengan budaya Palestina, seperti pohon zaitun dan minyak zaitun yang memiliki peran penting dalam budaya Palestina. Konflik antara Israel dan Palestina juga seringkali melibatkan masalah budidaya dan produksi minyak zaitun. Petani Palestina telah mengklaim bahwa pemukim Israel merusak pohon zaitun di tanah leluhur mereka, sementara dewan pemukim Israel di Tepi Barat meragukan klaim ini. Laporan PBB tahun 2020 mencatat sekitar 1.000 pohon zaitun dihancurkan dalam setahun oleh individu yang dikenal atau dicurigai sebagai pemukim Israel.
Selain itu, buah kaktus berduri, disebut sabr dalam bahasa Arab dan sabra dalam bahasa Ibrani, juga memiliki makna penting dalam budaya Palestina. Sebelum pendirian Israel pada tahun 1948, penduduk setempat menanam kaktus sebagai pagar alam tajam untuk melindungi rumah mereka. Setelah peristiwa Nakba, saat banyak desa dihancurkan dan penduduk Palestina diusir, garis pohon kaktus di dekat desa-desa yang hancur menjadi pengingat visual di mana pengungsi Palestina sebelumnya tinggal.