1. Starbucks
Saham Starbucks dengan kode SBUX mengalami penurunan dan ditutup pada harga USD91,35 per saham pada Rabu (1/11/2023). Namun pada Kamis waktu setempat, saham Starbucks naik sebanyak 8,66 poin atau 9,48 persen dan ditutup pada harga USD100.01.
2. McDonald’s
Saham McDonald’s juga mengalami penurunan ke level terendahnya di angka USD245,5 pada 27 Oktober lalu. Namun, saham restoran cepat saji ini pulih secara perlahan dan akhirnya ditutup pada harga USD266,85 pada Kamis (2/11/2023) setelah naik 1,86 persen.
3. PepsiCo
Saham PepsiCo merosot setelah adanya aksi boikot dan ditutup di angka USD158,08 pada 12 Oktober lalu. Meski cenderung lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya, saham PepsiCo diketahui naik 1,96 poin pada sesi perdagangan 2 November dan ditutup di harga USD166,83 per saham.
Baca Juga:5 Jenis Ilustrasi Gambar yang Bisa di Buat oleh Kecerdasan AISpesifikasi Oppo A2 5G Harga 4 Jutaan, Berani Beli ?
4. Netflix
Seperti perusahaan lainnya, saham Netflix mengalami fluktuasi setelah konflik Palestina-Israel pecah pada awal Oktober lalu. Saham Netflix pun ditutup di harga USD424,71 per 2 November 2023, meskipun angka ini masih lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
5. Unilever
Saham Unilever sempat turun di harga USD46,26 pada 27 Oktober lalu, namun kemudian menguat hingga akhirnya ditutup di level USD47,67 pada akhir sesi perdagangan Kamis, 2 November 2023. Namun jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, saham Unilever memang cenderung terus menurun sejak pertengahan tahun.
6. Yum! Brands Inc
Saham Yum! Brands Inc, induk dari beberapa restoran cepat saji seperti KFC dan Pizza Hut yang juga banyak dijual di Indonesia, cenderung mengalami penurunan sejak pertengahan 2023. Saham Yum! Brands Inc kemudian naik dan ditutup di harga USD124,27 pada 2 November 2023.
7. Walt Disney
Saham Walt Disney juga sempat turun di harga USD84,35 pada 12 Oktober lalu. Saham dari perusahaan hiburan ini terus mengalami fluktuasi dan tetap turun di angka USD83,29 per 2 November 2023.
Dari laporan tersebut dapat dilihat bahwa aksi boikot ini berdampak besar di awal pergerakan, namun sekarang pergerakan boikot kembali melemah. Hal dibuktikan dengan nilai saham produk pro israel yang mulai membaik.