KURASI MEDIA – Dalam tengah perang yang melibatkan Israel dan Palestina, perhatian dunia tertuju pada penderitaan di Jalur Gaza. Ribuan jiwa terluka atau meninggal, termasuk anak-anak yang menjadi korban.
Kondisi sulit dihadapi oleh mereka yang kehilangan orang tua, sementara akses terhadap kesehatan, air bersih, makanan, dan listrik menjadi tantangan serius. Dalam konteks kemanusiaan ini, muncul gerakan boikot terhadap produk dan perusahaan yang dianggap mendukung Israel.
1. Boikot: Suara Global untuk Solidaritas dengan Palestina
Aksi boikot terhadap produk dan perusahaan pro-Israel menjadi sorotan dunia. Solidaritas global terhadap Palestina termanifestasi dalam aksi keras menolak produk yang dianggap terafiliasi dengan atau mendukung Israel. Dalam gerakan ini, kelompok BDS (Boikot, Disinvestasi, dan Sanksi) mencatat sejumlah perusahaan yang menjadi target boikot.
Baca Juga:Cara Dapat Uang dari Snack Video: Waspada Investasi Membekukan Aplikasi Penghasil UangMengungkap Kedalaman Kepribadian INFP: Pemimpi Idealis yang Tersembunyi
2. Produk dan Perusahaan Pro-Israel yang Diboikot
Dalam gerakan ini, beberapa perusahaan dan produk menonjol sebagai target boikot. Perusahaan teknologi seperti HP (Hewlett Packard) disorot karena disebut menyediakan teknologi yang mendukung sistem aparteit dan kolonialisme Israel. Perusahaan konstruksi Semens diklaim terlibat dalam proyek ilegal Israel di pemukiman Palestina. Puma, produsen pakaian olahraga terkemuka, mendapat sorotan karena menjadi sponsor tunggal untuk asosiasi sepak bola Israel (Ifa). Selain itu, perusahaan asuransi Aksa, pembuat mesin soda SodaStream, produk kecantikan Ahava, dan makanan patungan HummusBra juga masuk dalam daftar boikot.
3. Dampak Aksi Boikot Terhadap Saham Perusahaan
Boikot terhadap produk Israel tidak hanya terjadi di tingkat domestik, namun juga menciptakan gelombang global yang memengaruhi pergerakan saham beberapa perusahaan terkait. Saham perusahaan seperti Starbucks, McDonald’s, Coca-Cola, Domino’s Pizza, Pizza Hut, dan Burger King mengalami fluktuasi. Meskipun penjualan Starbucks dilaporkan turun hingga 33%, sahamnya mengalami penguatan signifikan di pasar saham Amerika Serikat.
4. Dampak Ekonomi di Indonesia: Antara Diplomasi dan Dukungan Terhadap Palestina
Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, hubungan ekonomi tetap terjalin melalui bisnis to bisnis. Data ekspor dan impor antara Indonesia dan Israel menunjukkan bahwa impor dari Israel mengalami penurunan. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perindustrian, mengambil sikap netral terkait aksi boikot ini. Sikap netral ini diimbangi dengan dorongan untuk meningkatkan penggunaan produk lokal dan memanfaatkan momentum ini sebagai peluang untuk memajukan industri dalam negeri.