KURASI MEDIA – Rumah sakit Gaza mengalami kesulitan selama perang Israel. Dilaporkan bahwa serangan udara dan keputusan Israel untuk menghentikan pasokan bahan bakar dan listrik telah menyebabkan 22 rumah sakit dan 49 pusat kesehatan berhenti beroperasi.
Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, dikepung oleh tank-tank Israel, menimbulkan kekhawatiran nasib ribuan orang di dalamnya.
Pihak Israel, tanpa memberikan bukti konkret, mengklaim bahwa fasilitas sipil di Gaza, termasuk rumah sakit, digunakan sebagai tempat persembunyian dan markas oleh Hamas. Meskipun demikian, pendapat ini tidak didukung oleh bukti yang jelas.
Baca Juga:Inilah Bocoran Spesifikasi HP Samsung Galaxy A25 5GBocoran Harga dan Speseifikasi Samsung S24 Ultra
Israel juga telah dikecam karena memperketat pengepungan di Jalur Gaza, menyebabkan rumah sakit kehilangan pasokan bahan bakar dan listrik yang diperlukan untuk operasional mereka.
Serangan terhadap rumah sakit diikuti dengan penargetan infrastruktur sipil lainnya, seperti sekolah, kamp pengungsi, fasilitas PBB, masjid, dan gereja.
Human Rights Watch menegaskan bahwa rumah sakit memiliki perlindungan khusus berdasarkan hukum kemanusiaan internasional, dan serangan terhadap mereka bersamaan dengan serangan terhadap infrastruktur sipil lainnya, menunjukkan pola serangan terhadap wilayah yang terkepung.
Keadaan ini telah menyebabkan kerusakan serius pada sistem layanan kesehatan di Kota Gaza dan wilayah utara. Rumah sakit terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi, menggunakan senter telepon karena kekurangan bahan bakar untuk generator, dan menghadapi tekanan besar akibat serangan udara dan penembakan.
Kondisi ini juga mempengaruhi kesehatan bayi di inkubator, meningkatkan risiko kematian.
Israel telah memutus bantuan dan pasokan ke wilayah utara sepenuhnya, menyulitkan layanan kesehatan dan menyebabkan efek mencegah kemungkinan kehidupan sipil di daerah tersebut.
Saat ini, hanya ada satu rumah sakit fungsional yang tersisa di Gaza, yaitu Rumah Sakit al-Ahli Arab. Banyak pihak melihat tindakan Israel sebagai bagian dari upaya untuk membersihkan etnis wilayah utara Gaza, dengan tujuan perluasan wilayah kolonial pemukim atas nama keamanan.