KURASI MEDIA – Jakarta baru saja merayakan kehadiran Coldplay dalam konser spektakuler mereka, tetapi euforia tersebut disertai dengan berbagai keluhan yang mengemuka. Dari masalah tiket hingga pengelolaan massa yang kurang cermat, konser ini menjadi sorotan akademisi pertunjukan.
Yosia Revie Pongoh, seorang akademisi manajemen pertunjukan musik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), mengungkapkan bahwa masalah utama muncul dalam penjualan tiket. “Ini menjadi masalah klasik kita,” ujarnya, menyoroti kerapuhan sistem penjualan tiket yang kerap menyulut kontroversi.
Masalah kedua yang diungkapkan Revie adalah kurangnya pengendalian massa. Ia mendapatkan cerita langsung dari mereka yang hadir di lokasi konser, menyoroti perlunya perencanaan dan pengelolaan yang lebih cermat. “Tingkah laku massa yang buruk tidak muncul begitu saja, melainkan disebabkan oleh perencanaan yang kurang matang,” tambahnya.
Baca Juga:Konser Coldplay di Jakarta Melempem, Sulitnya Akses Bagi Penyandang Disabilitas Jadi SorotanSamsung Galaxy A25 5G: Ponsel Terjangkau dengan Spek Tinggi dan Kamera Canggih
Menurut Revie, pemahaman terhadap karakteristik penonton Coldplay sangat penting. Ia menggambarkan penggemar Coldplay sebagai ekspresif, yang berkumpul untuk berbagi semangat dan emosi yang sama. “Penanganan crowd seperti itu tentu berbeda, jadi promotor harus tahu pemetaan sosial dari sasaran kelompok penontonnya,” paparnya.
Konser Coldplay di Jakarta seharusnya menjadi momen penting bagi promotor untuk memahami betapa besar penggemar band ini. Namun, pagar yang jebol dan pengendalian massa yang kurang efektif menjadi bukti ketidakmampuan promotor menghadapi antusiasme penonton.
Stadion Utama Gelora Bung Karno, tempat konser berlangsung, memiliki tiga lapis pintu untuk memisahkan penonton. Namun, video yang beredar menunjukkan bahwa pintu pertama dan kedua dapat dijebol oleh penonton, menciptakan kekacauan di dalam dan di luar gedung stadion.
Revie mencatat bahwa promotor seharusnya telah memperhitungkan jumlah petugas pengendalian massa yang memadai. “Bayangkan orang sebanyak itu di-handle oleh jumlah crowd control yang tidak sebanding. Kalau ada masalah, ya jadinya seperti itu,” katanya.
Meskipun konser Coldplay sukses menyajikan penampilan gemilang, masalah pengelolaan konser ini menciptakan gelombang keluhan di media sosial. Lebih dari 10 ribu komentar menuntut penjelasan dari promotor, menyoroti kekurangan dalam persiapan dan pengelolaan konser yang seharusnya menjadi pesta musik tak terlupakan.