KURASI MEDIA – Vin Diesel, bintang film Fast and Furious, kembali memunculkan sorotan publik setelah dituduh melakukan pelecehan seksual pada tahun 2010. Gugatan ini diajukan oleh Asta Jonasson, mantan asisten Diesel, yang mengklaim bahwa aktor tersebut melakukan tindakan tidak senonoh di Hotel St. Regis Atlanta, Amerika Serikat.
Bantahan tegas datang dari pihak Vin Diesel, diwakili oleh kuasa hukumnya, Bryan Freedman. Dalam pernyataannya kepada Vanity Fair pada Kamis (21/12), Freedman menyatakan bahwa Diesel dengan tegas menyangkal klaim tersebut secara keseluruhan.
“Apa yang perlu saya klarifikasi adalah, Vin Diesel dengan sungguh-sungguh menyangkal klaim ini secara menyeluruh,” ujar Bryan Freedman.
Baca Juga:Top 10 Destinasi Paling Dicari di Google: Kota dan Pulau yang Bikin Mata Traveler TerkesimaMenyelami Arti Shio Naga Kayu di Tahun Baru Imlek 2024
Menurut laporan, Asta Jonasson mendakwa bahwa Vin Diesel mengundangnya ke kamarnya setelah pulang dari klub dengan seorang pramuria. Dalam dokumen gugatan, Jonasson menyebutkan bahwa Diesel memaksa dirinya ke tempat tidur dan melakukan pelecehan seksual.
Kejadian ini terjadi pada tahun 2010, saat Jonasson baru saja lulus dari sekolah film dan bekerja di perusahaan Vin Diesel, One Race. Saat itu, film Fast Five sedang dalam tahap produksi, dan Jonasson bertanggung jawab untuk mengorganisir pesta dan mendampingi Vin Diesel dalam berbagai acara.
Namun, Jonasson mengklaim bahwa dia dipecat hanya beberapa jam setelah insiden pelecehan seksual terjadi. Adik Vin Diesel, Samantha Vincent, disebut sebagai pihak yang mengurus pemutusan hubungan kerja tersebut.
Bryan Freedman menegaskan bahwa ini adalah kali pertama Vin Diesel mendengar klaim tersebut, yang dibuat oleh seorang karyawan yang katanya hanya bekerja selama sembilan hari.
“Ini adalah pertama kalinya dia (Vin Diesel) mendengar tentang klaim berusia lebih dari 13 tahun yang dibuat oleh seorang karyawan yang katanya bekerja selama sembilan hari,” kata Bryan Freedman.
Freedman juga menyatakan bahwa ada bukti jelas yang sepenuhnya membantah tuduhan aneh tersebut. Meskipun demikian, gugatan Jonasson tidak hanya mencakup pelecehan seksual, tetapi juga mencakup tudingan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender, penderitaan emosional yang disengaja, lingkungan kerja tak bersahabat, pembalasan, dan pemutusan kerja tidak sah.
Jonasson juga mengklaim bahwa dia terus menderita penghinaan, tekanan emosional, rasa sakit mental dan fisik sebagai dampak dari kejadian tersebut. Alasannya untuk tidak mengungkapkan lebih awal adalah karena adanya perjanjian kerahasiaan yang dia tandatangani.