Penelitian ini memaparkan 40 tikus pada kandungan uap rokok elektrik selama 54 minggu dan menemukan bahwa 22,5% di antaranya mengembangkan kanker paru-paru dan 57,5% cenderung mengembangkan kanker kandung kemih.
Terakhir, kontaminan lain yang ditemukan dalam rokok elektrik adalah debu halus, termasuk PM yang juga merupakan penyebab banyak penyakit pernapasan.
Baik rokok elektrik maupun rokok tradisional mengandung partikulat yang mengiritasi dan pada akhirnya menyebabkan iritasi, atau “peradangan” dalam istilah medis.
Baca Juga:Orang Tua Penting Beri Anak Waktu 60 Menit Lakukan Olahraga Fisik Setiap Harinya Miris! Layanan Komunikasi dan Internet di Gaza Kembali Terputus
Peradangan dapat menyebabkan hiperresponsif saluran napas, yang mengarah ke asma, infeksi saluran pernapasan atas, bronkitis akut, dan mungkin pneumonia.
Sebelumnya, pada pertengahan Desember 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan peraturan yang lebih ketat tentang penjualan rokok elektronik, termasuk rokok elektrik, untuk mengekang penyebaran yang menyasar konsumen anak-anak dan remaja mengeluarkan pernyataan mengenai perlunya WHO meyakini hal ini diperlukan karena penelitian menunjukkan bahwa anak muda di seluruh dunia kini lebih aktif menggunakan rokok elektrik dibandingkan orang dewasa.
Misalnya, di Kanada, jumlah pengguna rokok elektrik berusia 16 hingga 19 tahun meningkat dua kali lipat antara tahun 2017 dan 2022, dan di Inggris, jumlah pengguna rokok elektrik remaja meningkat tiga kali lipat.