KURASI MEDIA – Petenis peringkat tiga dunia Coco Gauff merasa lebih santai menjelang Australian Open bulan depan setelah mencapai targetnya memenangi gelar Grand Slam saat remaja.
Petenis berusia 19 tahun itu menjuarai US Open pada September, dan mengatakan beban tak ada lagi di pundaknya saat ia memulai musim 2014 di Auckland Classic, yang akan dimulai Senin (1/1), di mana ia menjadi juara bertahan.
“Saya merasa perlu menang sebagai remaja,” kata Gauff, yang akan berusia 20 tahun pada bulan Maret, di Auckland, seperti disiarkan AFP, Minggu.
Baca Juga:Batal Jadi Pelatih Brazil, Carlo Ancelotti Perpanjang Kontrak dengan Real MadridRumah Pemain Manchester City Jack Grealish Dibobol Maling
“Ketika saya memulainya, dengan Wimbledon dan segalanya, saya merasa saya perlu melakukannya.”
“Bukan harapan dari tim saya, tapi fans dan orang-orang yang menonton pertandingan tersebut,” ujar Gauff.
Gauff muncul di Wimbledon pada 2019 saat berusia 15 tahun, dan telah diprediksi sebagai juara Grand Slam masa depan setelah mencapai babak keempat.
Empat tahun kemudian, ia bangkit dari ketertinggalan satu set di New York untuk mengalahkan Aryna Sabalenka 2-6, 6-3, 6-2, dan menjadi juara remaja Amerika pertama di turnamen tersebut setelah Serena Williams pada 1999.
“Perasaan yang saya rasakan pada match point itu sangat intens dan saya ingin terus mengejar perasaan itu,” kata Gauff.
Dengan gelar Grand Slam pertamanya, dia mengatakan akan ada perasaan berbeda di Australian Open, yang akan dimulai pada 14 Januari, yang seharusnya menjadi kesempatan terakhirnya untuk mencapai impian masa remajanya.
“Saya akan selalu memberikan tekanan pada diri saya sendiri. Saya ingin berusaha lebih keras dan saya tidak ingin hanya memenangi satu kemenangan,” ujar Gauff.
Baca Juga:Dishub Kota Bandung Turunkan 2.008 Personel untuk Berjaga pada Malam Tahun Baru Tetap Waspada! Gunung Semeru Kembali ErupsiÂ
Gauff mengatakan titik rendahnya pada 2023 terjadi ketika ia secara mengejutkan kalah dari Sofia Kenin pada babak pertama Wimbledon, namun kebangkitannya terjadi di US Open.
“Setelah Wimbledon saya mencapai titik terendah dalam karier saya, kalah dalam pertandingan itu,” kata Gauff.
“Belajar dari hal itu membantu saya terus maju dan saya rasa terkadang Anda memerlukan kemunduran untuk mendorong Anda maju.”
“Bukan untuk membangunkan saya, karena saya merasa selalu terjaga, namun menyadarkan bahwa mungkin Anda harus mengurangi tekanan pada setiap pertandingan,” ujar Gauff.