KURASI MEDIA – New York Fashion Week (NYFW), acara dua tahunan yang merayakan keunggulan dalam industri mode, menghasilkan dampak ekonomi besar dengan pendapatan tahunan mencapai $600 juta. Namun, dibalik kemegahan acara tersebut, terjadi perdebatan mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (AI) terhadap lapangan kerja, terutama di sektor mode.
Model seperti Yve Edmond mengungkapkan kekhawatiran akan eksploitasi dalam era baru pemodelan berbasis AI. Meskipun tubuh dan citra mereka digunakan untuk menciptakan model virtual, mereka tidak memiliki kepemilikan atau klaim atas hal tersebut, berpotensi merusak peluang kerja di masa depan.
Model Alliance, dipimpin oleh Sara Ziff, mengusulkan Undang-Undang Pekerja Mode di Negara Bagian New York untuk melindungi model dari penggunaan gambar tanpa izin. Undang-undang ini akan memerlukan persetujuan tertulis dari model untuk setiap replika digital dan menguraikan penggunaan gambar secara jelas oleh klien.
Baca Juga:Mengungkap OnePlus 12: Memprioritaskan Performa dan Hal-Hal PentingGalaxy S24 Ultra: Fitur yang Mengesankan, Tetapi Apakah Harganya Layak?
Selain melindungi model, undang-undang ini juga bertujuan untuk mengatasi ketidakadilan dalam penandatanganan kontrak yang tidak adil, menghindari penyelesaian yang merugikan saat alternatifnya adalah kehilangan pekerjaan.
Namun, AI juga menghadirkan ancaman eksistensial bagi berbagai sektor, termasuk media dan layanan pelanggan. Meskipun diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja, survei menunjukkan bahwa sebagian pemimpin bisnis memperkirakan AI akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja.
Penggunaan AI juga menciptakan dilema etis dalam industri mode. Beberapa merek seperti Levi Strauss meluncurkan kemitraan dengan perusahaan AI untuk menciptakan model buatan yang disesuaikan, memicu kontroversi karena dianggap tidak etis dan merugikan.
Pada tahun lalu, Vogue Brasil dan Vogue Singapura bahkan memilih menggunakan model AI sebagai pengganti model manusia di sampulnya, memicu pertentangan antara kemajuan teknologi dan keadilan pekerja.
Respons publik terhadap penggunaan AI dalam mode tidak selalu positif. Beberapa mengkritiknya sebagai tindakan yang tidak etis dan merugikan pekerja, sementara yang lain mempertanyakan dampak sosial dan ekonominya.
Meskipun AI menjanjikan peningkatan efisiensi dan kemudahan dalam berbagai sektor, dampaknya terhadap lapangan kerja dan etika bisnis masih menjadi perdebatan yang hangat. Perlindungan terhadap hak-hak pekerja, termasuk model, menjadi sorotan dalam upaya untuk menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan keadilan sosial dan ekonomi.