KURASI MEDIA – Sebanyak 45 Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Kabupaten Purwakarta dilaporkan sepi peminat dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025.
Kekurangan jumlah siswa pendaftar menimbulkan kekhawatiran para pengelola sekolah swasta di Purwakarta.
Bahkan hingga pengumuman seleksi Tahap 2, Selasa 8 Juli 2025 terdapat SMA yang disebutkan baru mendapatkan tujuh orang siswa saja.
Baca Juga:Terbukti Curang, 10 Calon Murid SMAN 3 Bandung Kena Diskualifikasi di SPMB 2025Berjalan Lancar, Ada Tes Terstandar (CAT) pada SPMB Tahap 2
“Dari 45 sekolah swasta di Purwakarta sampai hari ini pendaftar baru ada tujuh orang, 12 orang, 23 orang, 32 orang, bervariasi,” kata ketua MKKS, Uyat Sudrayat dikutip Rabu (9/7/2025).
Pihak pengelola sekolah swasta pun melakukan pertemuan untuk membahas berbagai tantangan dan langkah yang akan dilakukan untuk menyiasati kondisi tersebut.
Adapun hasil pertemuan itu salah satunya adalah meningkatkan komunikasi mereka dengan para kepala sekolah negeri di Purwakarta, agar sekolah swasta dan negeri lebih bersinergi dalam proses pendaftaran siswa baru kali ini.
“Kita harus tetap berusaha maksimal, tidak putus asa walau kebijakan begini. Dan, kita sudah mengambil langkah-langkah komunikasi dengan kepala-kepala SMK negeri di Purwakarta,” tuturnya.
“Berharap SMK negeri dan swasta bersinergi dan hidup bersama dalam mencerdaskan anak bangsa,” tambah Uyat.
Lebih lanjut, ia berharap siswa yang tidak lolos masuk sekolah negeri pada seleksi tahap 2 dapat diarahkan ke swasta.
Dengan demikian, kekurangan siswa yang terjadi di sekolah swasta bisa terisi sehingga anak-anak tersebut bisa tetap melanjutkan pendidikan.
Baca Juga:Sebanyak 210.910 Pendaftar Diterima di SPMB Tahap 1Wali Kota Farhan Panggil 4 Kepsek SMP Imbas Tudingan Jual Beli Kursi SPMB 2025
Sedangkan itu, Ketua Yayasan Yasri Agus Muharam mengakui pendaftaran siswa baru tahun ini lebih memprihatinkan bagi sekolah swasta.
Kondisi ini diakui menurun drastis dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, salah satu sekolah milik Yayasan tersebut sebelumnya bisa mengelola siswa hingga 10 kelas tapi saat ini diakui hanya tersisa 36 orang.
“Dengan jumlah siswa yang sedikit, kami menghadapi tantangan besar untuk menggaji guru dan staf administrasi. Ini bisa menjadi boomerang bagi sekolah,” kata Agus.
Ia pun menambahkan, penurunan jumlah pendaftar ke sekolah swasta bisa semakin parah dengan adanya kebijakan penambahan rombongan belajar hingga 50 orang per kelas di sekolah negeri.