KURASI MEDIA – Pemerintah Indonesia tengah bersiap menghadapi dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang secara resmi menetapkan tarif impor baru sebesar 32% terhadap sejumlah produk dari Indonesia. Kebijakan ini mulai berlaku 1 Agustus 2025, dan dikhawatirkan menurunkan ekspor nasional ke AS yang selama ini menjadi salah satu pasar utama.
Trump mengumumkan kebijakan ini sebagai bagian dari “perlindungan industri dalam negeri AS” terhadap ancaman manufaktur Asia, termasuk Indonesia. Produk Indonesia yang terdampak mencakup kelapa sawit, tekstil, karet, hingga komponen otomotif.
Ekspor Sawit dan Tekstil Terancam
Dampak terbesar diprediksi akan dirasakan sektor kelapa sawit dan tekstil, dua komoditas unggulan ekspor Indonesia. Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebutkan, ekspor sawit ke AS pada 2024 mencapai 2,25 juta ton. Namun dengan pemberlakuan tarif baru, angka ini diperkirakan akan turun hingga 20%.
Baca Juga:Wacana Elon Musk untuk Mendirikan Partai Politik Baru, Trump: Konyol!Elon Musk Terancam Rugi Secara Materi akibat Perseteruan dengan Donald Trump
Sementara itu, sektor tekstil yang selama ini menyumbang devisa lebih dari Rp 70 triliun per tahun juga menghadapi tekanan serius akibat menurunnya daya saing produk di pasar Amerika.
“Tarif ini bisa memicu penurunan order, pengurangan produksi, hingga berujung pada potensi PHK massal jika tidak diantisipasi,” kata Ketua Asosiasi Tekstil Indonesia (API), Benny Sutrisno, Selasa (2/7/2025).
Pemerintah Tanggapi Serius
Menanggapi situasi ini, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menggelar rapat darurat. Indonesia akan mengirim negosiator utama ke Washington untuk melakukan pendekatan diplomatik dan menyampaikan proposal dagang baru.
“Kami tengah menyiapkan strategi dagang timbal balik, termasuk membuka peluang pembelian pesawat, gandum, dan produk pertanian AS agar tarif dapat diturunkan,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga.
Selain itu, Indonesia juga tengah mempercepat negosiasi perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Uni Eropa dan India untuk mendiversifikasi pasar ekspor.
Ekonomi Nasional Berpotensi Terganggu
Menurut analisis sejumlah ekonom, kebijakan Trump dapat menekan kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan. Nilai tukar rupiah pun melemah ke kisaran Rp 16.400 per dolar AS, menyentuh level terendah sejak 1998. Hal ini meningkatkan biaya impor dan berpotensi mendorong inflasi dalam negeri.