KURASI MEDIA – Masa Pengenalan Lingkungan Selolah (MPLS) hari pertama resmi digelar. Mengacu pada peraturan pemerintah, MPLS digelar selama 5 hari terhitung dari tanggal 14 hingga 18 Juli 2025. Setiap sekolah baik negeri maupun swasta menggelar kegiatan ini. Dari jenjang SD hingga SMA, semua sekolah secara serentak menggelar kegiatan MPLS.
Salah satu sekolah swasta di Kota Cimahi yakni SMA Budi Luhur turut menggelar kegiatan MPLS meskipun hanya memiliki jumlah 12 murid baru. Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pambudi Luhur ini terletak di Jalan Kerkof, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan.
Menurut keterangan, hingga saat sekolah menutup pendaftaran, hanya ada 12 murid baru yang mendaftar. Itu pun hasil dari jemput bola dan kerjasama dengan pengurus RW di sekitar lingkungan. Meskipun begitu, pihak sekolah mengaku masih merasa senang karena jumah ini lebih besar daripada tahun sebelumnya yang hanya memiliki 2 orang pendaftar.
Baca Juga:5 Ide Ice Breaking Seru Biar MPLS Nggak Kaku!MPLS 2025 Berlangsung Selama Lima Hari, Ini Jadwal dan Aturannya
“Tahun ini, baru ada 12 pendaftar, tahun lalu itu ada 2. Alhamdulillah jumlahnya bertambah, karena memang kita lagi transisi juga dari boarding scool ke sekolah biasa,” kata Erni yang merupakan salah satu guru di sekolah tersebut.
Meskipun hanya berjumlah 12 siswa, SMA Budi Luhur mengaku tetap menjalankan kegiatan MPLS sesuai dengan peraturan dari dinas yang sudah ditetapkan.
Setali tiga uang dengan SMA Budi Luhur, SMA Kartika Cimahi juga diketahui hanya menerima 40 murid baru di sekolahnya. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan tahun lalu di mana SMA Kartika memiliki lebih dari 50 murid baru.
Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan nasib sekolah negeri yang justru kelebihan murid baru. “Ya seperti ini memang kondisi sekolah swasta. Kita (SMA Kartika) sampai hari ini, baru ada sekitar40 pendaftar,” ungkat Wiwi Astuti, salah seorang guru yang juga merupakan panitia SPMB.
Kebijakan Gubernur Jawa Barat yang menambah jumlah anggota dalam satu rombel menjadi 50 orang juga diyakini menjadi pemicu kurangnya minat terhadap sekolah swasta. Menurut Wiwi, jangankan 50 siswa, jumlah pendaftar yang sudah pasti diterima di sekolah swasta hanya cukup untuk satu rombel dalam jumlah normal.