Perkembangan Indeks Kedalaman, Keparahan Kemiskinan dan Gini Ratio di Jawa Barat
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) merupakan indikasi rata-rata jarak pengeleuaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Periode Maret 2025 di Jawa Barat indeks kedalaman kemiskinan di perkotaan sebesar 1,14 dan di perdesaan sebesar 1,29. Sehingga gabungan indeks kedalamanan kemiskinan perkotaan dana perdesaan sebesar 1,17 naik 0,12 poin dibandingkan September 2024 yang sebesar 1,05.
Sedangkan untuk indeks keparahan kemiskinan (P2) yang merupakan indikator ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin pada Maret 2025 sebesar 0,29. Angka ini naik 0,04 poin dari September 2024 yang sebesar 0,24.
Darwis Sitorus juga menginformasikan terkait tingkat ketimpangan pengeluaran atau Gini Ratio di Jawa Barat. Maret 2025 Gini Ratio sebesar 0,416, angka ini termasuk kategori ketimpangan sedang. Gini Ratio di wilayah perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan.
Baca Juga:Susul Farhan, Bupati Sumedang Izinkan Siswa untuk Study Tour asal di Lingkup Jawa BaratKalender Akademik 2025/2026 Jawa Barat: Jadwal Masuk Sekolah Hingga Libur Semester
“Gini Ratio di perkotaan sebesar 0,426 sedangkan di perdesaan 0,323 ini menunjukan ketimpangan di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Akan tetapi baik di perkotaan dan perdesaan angka Gini Ratio-nya sama-sama mengalami penurunan pada Maret 2025.”, jelas Darwis.
BPS Jabar juga merilis angka persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2025 mengalami kenaikan dibandingkan September 2024. Kenaikan ini mengindikasikan terjadi penurunan pada ketimpangan kemiskinan.
“Saya simpulkan bahwa secara kuantitas, kemiskinan di Jawa Barat pada Maret 2025 mengalami penurunan begitupun dengan ketimpangannya. Namun secara kualitas penduduk miskin juga mengalami penurunan hal ini ditunjukkan dengan kenaikan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan.”, pungkas Darwis.*