KURASI MEDIA – Belakangan ini tengah ramai istilah Rojali dan Rohana yang kerap menjadi perbincangan terutama di media sosial.
Namun siapa sangka, di balik nama yang terdengar jenaka rupanya fenomena Rojali dan Rohana membuat para pelaku usaha mulai resah.
Lantas, apa sebenarnya makna istilah Rojali dan Rohana yang dikaitkan dengan kondisi ekonomi masyarakat saat ini? Kurasi Media akan membagikan informasinya dalam artikel kali ini.
Baca Juga:Apa Itu Tren Aura Farming? Viral di TikTok Gegara Tradisi Pacu JalurTren Global Egois: Saat Dunia Semakin Mementingkan Diri Sendiri
Makna Rojali dan Rohana
Sebagaimana dikutip dari berbagai sumber yang ada, ternyata istilah Rojali secara harafiah adalah singkatan Rombongan Jarang Beli. Sementara untuk Rohana merupakan kependekan dari Rombongan Hanya Nanya.
Adapun istilah Rojali dan Rohana ini muncul sebagai bentuk sindiran jenaka, kepada para pengunjung yang datang dalam rombongan besar ke mal atau toko. Namun, tidak melakukan pembelian apapun.
Lebih lanjutnya, Rojali cenderung hanya berjalan-jalan saja. Dengan menikmati suasana, atau sekadar nongkrong bersama teman-teman.
Nah, Rohana lebih banyak bertanya-tanya mengenai harga atau produk namun akhirnya tidak jadi membeli.
Walaupun terdengar lucu, fenomena ini mencerminkan tren perubahan dari perilaku konsumen di tengah tantangan ekonomi.
Penyebab adanya fenomena Rojali dan Rohana
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonsus Widjaja mengungkapkan bahwa kelas menengah atas pun turut menjadi baguian dari fenomena Rojali dan Rohana.
“Kalau yang di kelas menengah atas, penyebabnya misalkan mereka lebih ke hati-hati dalam berbelanja. Apalagi kalau ada pengaruh makroekonomi, mikroekonomi dari global,” jelasnya dikutip dari sumber kredibel, Selasa (29/7/2025).
Baca Juga:Fenomena Desember Solstis Jatuh pada Hari ini Tanggal 21, Apakah Itu?Fenomena di Balik Kata-kata “Pinjam Dulu Seratus” Mendunia di Dunia Medsos
“Sehingga mereka (memilih) belanja atau investasi? ‘Kan itu juga terjadi’,” tambahnya.
Sementara itu, kelompok menengah ke bawah lebih dipengaruhi faktor daya beli. Meski uang yang mereka punya terbatas, kunjungan ke pusat perbelanjaan masih tetap dilakukan, walaupun hanya untuk sekadar cuci mata.
Tanggapan Bank Indonesia
Sementara itu Bank Indonesia pun ikut menyoroti fenomena Rojali dan Rohana yang tengah viral. Adapun BI melihat ini, sebagai sinyal penting bahwa masyarakat sedang menyesuaikan pola konsumsi dengan kondisi ekonomi yang berlangsung.