KURASI MEDIA – Program Sekolah Rakyat resmi diluncurkan awal Juli 2025 dengan durasi implementasi mulai 14 Juli. Sekolah ini ditujukan khusus untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem berdasarkan data DTSEN. Salah satu keistimewaan program ini adalah penerapan kurikulum tailor‑made yang inklusif dan kontekstual, menyesuaikan kebutuhan peserta didik dan karakter daerah masing-masing.
Tiga Muatan Kurikulum Sekolah Rakyat
1. Kurikulum Persiapan (Learner Preparatial)Tahap awal ini fokus pada talent mapping siswa melalui asesmen kesiapan fisik, mental, dan akademik. Tujuannya menciptakan fondasi yang kuat sebelum belajar formal dimulai
2. Kurikulum Sekolah FormalMengacu pada standar nasional yang ditetapkan Kemendikdasmen, Kemenag, dan Kemensos. Materinya terdiri dari:
Baca Juga:Mensos: Anggaran Sekolah Rakyat Rp 1,1 Triliun, Apa Saja Fasilitas yang Disediakan?9 Sekolah Rakyat di Jateng Mulai Beroperasi, Akses Pendidikan untuk Anak dari Keluarga Miskin
- Intrakurikuler
- Kokurikuler
- EkstrakurikulerStruktur ini memastikan pembelajaran akademik sistematis namun tetap kontekstual di tiap lokasi
3. Kurikulum Asrama (Boarding)Dirancang sebagai pendidikan karakter berbasis asrama. Materi utama mencakup:
- Kepemimpinan & karater
- Spiritualitas & akhlak
- Cinta tanah air
- Bahasa & komunikasi digitalSiswa tinggal di asrama dan terbiasa hidup disiplin serta saling berinteraksi secara positif
Kompetensi Lulusan Sekolah Rakyat
Kurikulum ini dirancang agar siswa tak hanya lulus secara akademis, melainkan juga unggul dalam lima kompetensi inti berikut:
- Nilai akhlak dan keagamaan
- Karakter kepemimpinan
- Penguasaan bahasa dan literasi digital
- Jiwa kewirausahaan
- Ketuntasan akademik sesuai standar nasional
Apa Keunggulan Kurikulumnya?
- Inklusif tanpa tes akademik: penerimaan siswa berdasarkan administrasi dan pemeriksaan kesehatan saja. Tak ada penolakan karena nilai rendah.
- Pendekatan personal: talent mapping awal memungkinkan pembelajaran disesuaikan potensinya.
- Digital-based learning: teknologi seperti face recognition dan perangkat pembelajaran digital di kelas mendukung siswa digital native generasi ini.
(**)