Teks Khutbah Jumat 22 Agustus 2025: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita

Teks Khutbah Jumat
Ilustrasi kesepian. (Pixabay/yasinzaii)
0 Komentar

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Saat ini kita hidup di tengah masyarakat yang semakin modern, namun ironisnya banyak di antara kita yang merasakan kesepian mendalam.

Menurut laporan dari WHO, sekitar 16% populasi dunia mengalami kesepian, dan lebih dari 871.000 kematian setiap tahun terkait dengan perasaan ini, yang berarti 100 orang meninggal setiap jam akibat kesepian.

Faktor-faktor yang menyebabkan kesepian ini sangat beragam, mulai dari tekanan sosial, kurangnya interaksi sosial, hingga kondisi ekonomi yang sulit, terutama di kalangan remaja dan pemuda yang merasa terasing dalam dunia yang seharusnya saling terhubung.

Baca Juga:Teks Khutbah Jumat HUT RI ke-80: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para PemimpinTeks Khutbah Jumat 15 Agustus 2025: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju

Namun perlu kita ingat, bahwa merasa kesepian adalah hal yang manusiawi dan hampir semua orang pernah mengalaminya, termasuk Rasulullah.

Nabi pernah merasakan kesendirian saat berada di gua Hira, saat berdakwah, Nabi juga ditinggalkan orang-orang tercintanya, bahkan juga pernah harus hijrah dari Makkah ke Madinah karena banyaknya tekanan dan gangguan saat itu. Tak ada yang lebih menyakitkan dari semua itu.

Namun, kesepian itu tidak membuatnya putus asa, karena keyakinannya bahwa Allah selalu bersamanya menguatkan hatinya.

Maka, jika kita pernah merasakan hal serupa, ingatlah bahwa itu adalah bagian dari ujian hidup, dan dengan mendekat kepada Allah, kesepian bisa berubah menjadi ketenangan.

Berkaitan dengan hal ini, Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS Ar-Ra’d, [13]: 28).

Kenapa harus mengingat Allah? Barangkali jawabannya karena dalam keadaan tersebut, kita sangat membutuhkan pertolongan, dukungan, dan kasih sayang dari Allah.

Baca Juga:Teks Khutbah Jumat 8 Agustus 2025: Menyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya NyataTeks Khutbah Jumat 8 Agustus 2025: Pentingnya Persaingan yang Sehat dalam Dunia Kerja

Maka merendahkan diri kepada-Nya dengan mengingat-Nya dan berdoa dalam kondisi-kondisi seperti itu sangat mungkin untuk diterima dan dikabulkan.

Demikian apa yang disampaikan oleh Syekh Muhammad at-Thanthawi dalam Tafsir al-Wasith, jilid III, halaman 239:

لِأَنَّ الْإِِنْسَانَ فِى حَالَةِ الْخَوْفِ وَمُقَابَلَةِ الْأَعْدَاءِ أَحْوَجُ مَا يَكُوْنُ إِلىَ عَوْنِ اللهِ وَتَأْيِيْدِهِ وَنَصْرِهِ، وَالتَّضَرُّعُ إِلىَ اللهِ بِالدُّعَاءِ فِى هَذِهِ الْأَحْوَالِ يَكُوْنُ جَدِيْرًا بِالْقَبُوْلِ وَالْاِسْتِجَابَةِ

Artinya, “Karena manusia, dalam keadaan takut dan saat menghadapi musuh sangat membutuhkan pertolongan, dukungan, dan kemenangan dari Allah. Maka merendahkan diri kepada Allah dengan berdoa dalam kondisi-kondisi seperti itu sangat layak untuk diterima dan dikabulkan.”

0 Komentar