Saatnya Membersihkan Hati, Kembali Pada Nasionalisme Sejati

Nasionalisme
Ilustrasi nasionalisme. (Pixabay/Jorono)
0 Komentar

Jika ini dibiarkan, maka nasionalisme kita bukan lagi semangat persatuan, melainkan hanya kedok untuk memecah belah. Saatnya kita membangun nasionalisme yang tidak berteriak tentang siapa yang paling benar, tetapi bekerja bersama untuk masa depan yang lebih baik bagi semua. Bersama kita maju, bersama kita satu.

Jangan Biarkan Hoaks Mengendalikan Pikiranmu

Bayangkan pada suatu pagi, kamu bangun dan membuka ponsel. Sebuah pesan viral masuk ke grup WhatsApp keluargamu. Isinya mengabarkan bahwa negara dalam bahaya, ekonomi akan runtuh, dan pemerintah akan mengganti sistem negara dengan sesuatu yang mencengangkan.

Tanpa berpikir panjang, banyak orang panik, membagikan berita itu ke mana-mana, hingga menciptakan gelombang ketakutan. Tapi benarkah semua itu? Inilah realita yang sering terjadi di Indonesia.

Baca Juga:17+8 Tuntutan Nasional Rakyat 2025, dari Reformasi DPR hingga Harga PokokPerkuliahan di Berbagai Kampus Diberlakukan Daring 1–4 September, Antisipasi Situasi Nasional

Hoaks dan berita palsu menyebar begitu cepat, lebih cepat dari kebenaran itu sendiri. Kita hidup di era digital di mana setiap orang bisa menjadi penyebar informasi, tetapi sayangnya, tidak semua informasi itu benar.

Hoaks bisa menghancurkan reputasi seseorang, memicu kebencian, bahkan merusak persatuan bangsa. Jadilah Pemutus Hoaks, Bukan Penyebarnya. Jika mendapat berita yang mencurigakan, hentikan di dirimu.

Jangan sebarkan, apalagi jika belum terbukti kebenarannya. Lebih baik memberikan edukasi kepada orang-orang di sekitarmu tentang pentingnya berpikir kritis dalam menerima informasi.

Indonesia butuh pemuda yang cerdas, bukan yang mudah terprovokasi. Jangan biarkan pikiran kita dikendalikan oleh kebohongan. Kita adalah generasi yang menentukan arah bangsa ini—mari memilih menjadi agen kebenaran, bukan penyebar ketakutan.

Opini ini ditulis oleh seorang pengamat sosial, Mira H Thohir. (*)

0 Komentar