KURASI MEDIA – Pasar keuangan Indonesia merespons pengunduran diri Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan dengan dinamika yang kontras. Pada perdagangan Kamis (11/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1%, sementara nilai tukar rupiah relatif stabil di kisaran Rp15.400 per dolar AS.
IHSG Tekanan Jangka Pendek
Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, IHSG turun sekitar 70 poin setelah pengumuman resmi pengunduran diri. Investor menilai mundurnya Sri Mulyani sebagai sinyal ketidakpastian kebijakan fiskal, mengingat reputasinya sebagai tokoh reformis dan penjaga kredibilitas fiskal Indonesia.
Sejumlah saham di sektor perbankan dan infrastruktur mengalami tekanan jual, meskipun pelemahan tidak menimbulkan panic selling.
Baca Juga:Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati, Resmi Mundur dari DPRGantikan Sri Mulyani, Berapa Harta Kekayaan dari Menteri Keuangan yang Baru?
“Pasar kehilangan figur yang dianggap sebagai jangkar stabilitas ekonomi. Namun, pelemahan IHSG masih dalam batas wajar,” ujar seorang analis pasar modal.
Rupiah Tetap Stabil
Berbeda dengan IHSG, rupiah justru bergerak stabil. Bank Indonesia menyatakan siap melakukan intervensi terukur jika terjadi tekanan besar. Stabilitas rupiah didukung cadangan devisa yang kuat serta aliran modal asing yang belum signifikan keluar dari pasar obligasi.
“Faktor eksternal global saat ini lebih berpengaruh terhadap rupiah dibanding isu domestik. Itu sebabnya nilai tukar relatif aman meski ada dinamika politik,” jelas ekonom senior.
Reaksi Pemerintah dan Investor
Pemerintah menegaskan bahwa transisi jabatan Menkeu akan berjalan mulus. Presiden Prabowo Subianto sudah menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai pengganti Sri Mulyani. Investor menanti arah kebijakan fiskal baru di bawah kepemimpinan Purbaya, terutama dalam target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan pemerintah.
Pengunduran diri Sri Mulyani membawa dampak nyata bagi pasar keuangan Indonesia. IHSG melemah 1% akibat sentimen negatif jangka pendek, sementara rupiah tetap stabil karena fundamental ekonomi yang kuat. Pasar kini menanti kebijakan konkret dari Menkeu baru untuk memulihkan optimisme investor. (**)