KURASI MEDIA – Pasar keuangan Indonesia langsung merespons keputusan Presiden Prabowo Subianto yang mencopot Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan dalam reshuffle kabinet terbaru. Keputusan tersebut memicu gejolak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
IHSG Mengalami Tekanan
Pada perdagangan Kamis (11/9), IHSG dibuka melemah dan sempat turun hingga 1,2% di sesi pagi. Sentimen negatif ini dipicu kekhawatiran investor terhadap keberlanjutan kebijakan fiskal yang selama ini dikenal cukup disiplin di bawah kepemimpinan Sri Mulyani. Beberapa saham perbankan dan emiten berbasis ekspor menjadi yang paling terdampak.
Analis pasar modal menyebutkan, pelaku pasar cenderung bersikap wait and see, terutama karena belum jelas arah kebijakan fiskal dari Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa. “Investor kehilangan figur yang sudah teruji secara internasional. Hal ini memunculkan keraguan sementara terhadap stabilitas ekonomi,” ujar seorang analis senior di Jakarta.
Baca Juga:Dampak Pengunduran Diri Sri Mulyani: IHSG Turun 1%, Rupiah StabilSetelah Relieved dari Kursi Menkeu, Purbaya Yudhi Sadewa: IHSG Bisa Tembus 36.000
Rupiah Masih Stabil, Namun Rawan Tekanan
Berbeda dengan IHSG, rupiah relatif stabil di kisaran Rp15.200 per dolar AS. Namun, pelaku pasar menilai stabilitas ini lebih banyak ditopang oleh intervensi Bank Indonesia. “Jika sentimen global tidak mendukung, rupiah bisa ikut tertekan dalam beberapa hari ke depan,” tambah analis valas.
Reshuffle dan Sentimen Pasar
Perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat kinerja ekonomi. Namun, hilangnya sosok Sri Mulyani tetap menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor asing. Pasalnya, ia dikenal sebagai figur reformis dengan reputasi menjaga disiplin fiskal dan kepercayaan pasar.
Meski demikian, optimisme masih terbuka jika Menteri Keuangan baru mampu memberikan kepastian arah kebijakan. Pemerintah juga menegaskan komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% dalam lima tahun mendatang.
Pemecatan Sri Mulyani membawa dampak jangka pendek berupa tekanan pada IHSG, sementara rupiah masih stabil meski rentan fluktuasi. Sentimen pasar ke depan akan sangat bergantung pada konsistensi kebijakan fiskal dan komunikasi pemerintah dalam menjaga kepercayaan investor. (**)