Mengubah Sampah Jadi Solusi: Desa Tegalsari Role Model Baru Pengelolaan Berbasis di Purwakarta

Desa Tegalsari kini menjadi tempat lahirnya harapan: bahwa memilah sampah dari rumah bisa menjadi kebiasaan
Desa Tegalsari kini menjadi tempat lahirnya harapan: bahwa memilah sampah dari rumah bisa menjadi kebiasaan, bukan kewajiban semata
0 Komentar

KURASI MEDIA, Purwakarta — Kabupaten Purwakarta tengah menapaki jalan perubahan dalam pengelolaan sampah. Lewat program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP), sebuah kawasan kecil di Desa Tegalsari kini menjadi tempat lahirnya harapan: bahwa memilah sampah dari rumah bisa menjadi kebiasaan, bukan kewajiban semata.

Sampah Masih Jadi Masalah Lama yang Tak Kunjung Usai

Purwakarta, seperti banyak daerah lain di Indonesia, masih terus bergelut dengan urusan sampah. Bukan hanya soal volume, tapi lebih pada sistem pengelolaan yang belum tuntas. Di lapangan, sampah masih sering dikumpulkan tanpa dipilah, dibawa ke tempat penampungan akhir tanpa proses pemrosesan yang memadai.

Lima aspek utama yang menjadi fondasi sistem persampahan—mulai dari kelembagaan, pendanaan, teknis operasional, regulasi, hingga partisipasi masyarakat—masih menyisakan pekerjaan rumah. Desa dan kelurahan belum punya peran kuat dalam pengelolaan, dana terbatas, dan belum ada sistem insentif yang efektif. Sementara itu, regulasi ada, tapi penerapannya lemah. Yang paling penting, masyarakat masih belum terbiasa memilah sampah dari rumah.

Baca Juga:ICONNET RAME: Rayakan Kemerdekaan Bersama Masyarakat di Perum Samesta Royal Campaka PurwakartaBPS Jabar Maksimalkan Persiapan Sensus Ekonomi 2026 dengan Gladi Bersih di Purwakarta

ISWMP : Bukan Hanya Bangun Fasilitas, Tapi Ubah Cara Pandang

Melalui ISWMP, Kabupaten Purwakarta mendapat suntikan semangat dan strategi baru. Proyek ini tak hanya bicara soal infrastruktur atau pengadaan alat, tapi juga soal perubahan cara pikir—bahwa semua aspek harus diurus termasuk soal tata kelola, pendanaan dan peran serta masyarakat. Dan lebih penting lagi: pengelolaan sampah harus dimulai dari sumbernya: rumah tangga.

Seperti telah dibahas sebelum ini, ISWMP tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik seperti pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), namun juga menyasar reformasi kelembagaan, regulasi, pembiayaan, dan perubahan perilaku masyarakat. Program ini hadir melalui kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, dan Bank Dunia. Program ini mendorong reformasi sistem pengelolaan sampah yang lebih modern, inklusif, dan berkelanjutan.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Dewi Chomistriana, menegaskan pentingnya pendekatan menyeluruh dalam pengelolaan sampah. “Program ISWMP bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi tentang perubahan cara pandang kita terhadap sistem pengelolaan sampah. Ketika TPST menjadi bagian dari sistem yang terhubung dari kebijakan hingga kebiasaan masyarakat, maka kita tidak sekadar mengelola sampah, tapi sedang merawat masa depan bersama,” ujarnya.

0 Komentar