Pilot project ini bukan hanya tentang sampah. Lebih dari itu, ini adalah upaya membentuk budaya baru: budaya memilah, budaya peduli, dan budaya menjaga lingkungan sebagai bagian dari identitas komunitas. Setiap ember pemilahan yang digunakan, setiap komposter yang dioperasikan, dan setiap sosialisasi yang dilakukan dari rumah ke rumah menjadi langkah nyata membangun kesadaran kolektif.
Keberhasilan Tegalsari memberikan pesan penting: pengelolaan sampah yang efektif tidak harus mahal, rumit, atau mengandalkan fasilitas besar. Pendekatan berbasis komunitas terbukti lebih efisien, murah, dan yang terpenting—mampu menyentuh akar persoalan, yakni kebiasaan di tingkat rumah tangga. Dari sinilah perubahan mengalir: dari keluarga, ke RT, RW, hingga menjadi bagian dari sistem pengelolaan sampah skala kawasan.
Jika satu desa bisa, desa-desa lain pun bisa. Tegalsari telah menunjukkan bahwa keterlibatan warga, dukungan pemerintah, dan regulasi yang tepat dapat berjalan berdampingan membentuk sistem yang berkelanjutan. Dari sini, Purwakarta mulai merintis perubahan menuju sistem persampahan yang lebih berkelanjutan, lebih manusiawi, dan berpihak pada masa depan. (*)