KURASI MEDIA, Indramayu, Jawa Barat — Permasalahan persampahan di Kabupaten Indramayu kini memasuki fase krusial.
Dengan hanya mengandalkan satu Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Pecuk, beban operasional dan volume sampah terus meningkat, sementara sistem pengangkutan belum optimal, kesadaran pemilahan rendah, dan infrastruktur pengolahan sampah masih terbatas. Kondisi ini menuntut intervensi menyeluruh dari berbagai aspek, termasuk perubahan perilaku masyarakat sebagai produsen utama sampah.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Pusat melalui Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP), hadir di Kabupaten Indramayu sejak 2023. Program ini tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga melakukan pembenahan dari sisi tata kelola—regulasi, kelembagaan, pembiayaan, teknis, dan yang paling penting: partisipasi masyarakat.
Baca Juga:Bandung Dorong Pemilahan Sampah dari Sumber: Empat RT Jadi Percontohan ISWMPMendorong Perubahan dari Lingkungan RT: ISWMP Ajak Kabupaten Bandung Barat Memilah Dari Sumber
Perubahan Dimulai dari Rumah: Upaya Membangkitkan Kesadaran Warga
Salah satu strategi kunci ISWMP dalam mendorong perubahan adalah melalui paket pekerjaan Penguatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM).
Melalui pendekatan edukatif dan pendampingan, PPAM hadir di tengah warga untuk membangun kesadaran lingkungan dari level paling dasar: rumah tangga. Kemudian sejak awal tahun 2025, PPAM melakukan fasilitasi kegiatan percontohan (pilot project) di RT 06 RW 01, Jembangan Jaya, Kelurahan Lemah Abang, Kecamatan Indramayu.
Lokasi ini dipilih karena memiliki potensi kuat sebagai kawasan percontohan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Sebelum pendampingan dimulai, hampir seluruh warga mencampur sampah rumah tangga tanpa memilah. Namun dalam waktu dua bulan, perubahan terjadi.
Berdasarkan data tim PPAM, 54% dari 120 Kepala Keluarga kini rutin memilah sampah. Warga membagi sampah menjadi tiga jenis: organik, anorganik, dan residu.
Sampah organik dimanfaatkan menjadi kompos menggunakan lubang biopori, sementara sampah anorganik bernilai tinggi disetor ke Bank Sampah Jembangan Jaya. Praktik ini bukan hanya mengurangi volume sampah ke TPA, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi langsung kepada warga.
Dukungan terhadap gerakan ini pun datang dari berbagai pihak. Dalam kegiatan audiensi bersama tim ISWMP, Bupati Indramayu, Bapak Lucky Hakim, menyatakan komitmennya terhadap penguatan peran masyarakat dalam isu persampahan.
“Saya sangat mengapresiasi program ISWMP dan mendukung sepenuhnya yang berkaitan dengan sampah. Apalagi masalah sampah sudah menjadi isu nasional. Maka saya berharap dengan hadirnya PPAM, masyarakat dapat sadar dan mampu memilah sampah dari sumber, yaitu dari rumah,” ungkapnya.