Kapolda Jabar Rudi Setiawan Raih Gelar Doktor di Unair, Angkat Isu Polisi di Daerah Konflik

Kapolda Jabar Rudi Setiawan Raih Gelar Doktor di Unair, Angkat Isu Polisi di Daerah Konflik
Kapolda Jabar Rudi Setiawan Raih Gelar Doktor di Unair, Angkat Isu Polisi di Daerah Konflik
0 Komentar

Rudi, tak lama menjelaskan paparan disertasinya. Tak sampai setengah jam. Lelaki kelahiran 9 November 1968 itu pun sedikit lega. Tapi itu hanya sesaat. Sebelum brondong demi brondong pertanyaan muncul dari sepuluh penanggap yang menguliti disertasinya.

Di antaranya datang dari co-promotornya sendiri: Daniel Theodore Sparringa. ”Bapak menyelesaikan studi ini, sekitar selama lima tahun. Apa yang bapak rasakan ?,” tanya Daniel.

Rudi mengakui, selama penelitian itu, Ia mendapat banyak informasi. Di antaranya soal konflik lahan yang terus menghantui dan membuat petugas kepolisian resah. Ada yang ingin segera dipindah tugaskan dengan berbagai cara. Ada pula yang bertahan dengan terus melakukan adaptasi.

Baca Juga:Jin Dasim Ramai Diperbincangkan di TikTok, Netizen Heboh Bahas Sosok Misterius IniSinopsis The Manipulated, Drakor Baru Ji Chang Wook dan D.O. EXO yang Penuh Plot Twist

Misalnya soal polisi yang ditugaskan di wilayah itu mencoba menjajal untuk betah. Dengan cara membaur dengan masyarakat sekitar. Dari 20 polisi yang menjadi subjek penelitiannya, 17 polisi menikah dengan orang Mesuji. Mereka kemudian mencoba menetap hidup di wilayah tugas itu.

Delapan penanggap sidang terbuka itu rata-rata memberikan apresiasi atas karya Rudi. Di antaranya soal fokus penelitian yang spesifik. Yang jarang ditulis oleh pejabat.

Selama ini, banyak penelitian yang membahas kepolisian hanya fokus pada institusi dan sumber daya manusianya. Namun, yang menulis sisi polisi sebagai individu dalam bertugas sangatlah jarang. ”Dan saya rasa hasil disertasi ini sangat layak. Dan dibuat contoh mahasiswa-mahasiswa S3,” kata Prof. Dr. Drs. Henri Subiakto, sebagai penanggap.

Dalam disertasinya, Rudi memberikan rekomendasi atas temuan-temuannya di lapangan. Salah satunya soal penempatan personel di kepolisian. Yang menurutnya, penempatan tugas tak bisa digeneralisir.

”Misalnya untuk daerah yang dianggap berpotensi konflik tinggi. Perlu ada pelatihan bagi petugas yang ditempatkan di sana,” katanya. Pelatihan yang akan membuat petugas siap dengan lingkungan penempatan. Rudi menyebut, langkah ini penting agar fungsi petugas kepolisian dalam memberikan keamanan dan kenyamanan masyarakat bisa maksimal.

Kedua, soal pendekatan komunikasi yang lebih intensif dan membaur. Petugas yang ditempat di wilayah konflik harus pandai berkomunikasi agar masyarakat lebih percaya.

Yang menarik dalam kesimpulan Rudi adalah analisisnya soal bagaimana sikap petugas di wilayah konflik. Baginya, fungsi polisi bukan sekadar sebagai garda depan penegak hukum. Tapi, juga sebagai agen pemulihan sosial.

0 Komentar