KURASI MEDIA – Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Jawa Barat kembali menjadi sorotan. Berdasarkan data yang sempat disampaikan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Jabar menyumbang sekitar 17 persen dari total kematian ibu secara nasional, yakni sekitar 800 dari 4.700 kasus, sementara angka kematian bayi mencapai 34.000 kasus per tahun. Angka ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk mengambil langkah yang lebih cepat, tepat, dan terukur.
Melihat kondisi tersebut, upaya pencegahan stunting serta kematian ibu dan anak kembali ditegaskan sebagai prioritas utama Pemprov Jabar. Pemerintah memperkuat berbagai intervensi, mulai dari edukasi kesehatan reproduksi, deteksi dini kehamilan berisiko, hingga pemenuhan gizi bagi ibu hamil.
Salah satu langkah yang kini disorot adalah penyelenggaraan ‘Kawal Bumil Fest’ di Kiara Arta Park, kegiatan edukatif yang menyasar para ibu hamil dan keluarga muda.
Baca Juga:IndiHome Hadirkan FTTR dan SMART Indoor Camera di Bandung, Bawa Pengalaman Digital Rumah yang Lebih StabilPencarian Korban Longsor Cibeunying Cilacap Terus Dilakukan, 6 Korban Ditemukan di Hari Ketiga
Sekretaris Perwakilan BKKBN Jawa Barat, Kukuh Dwi Setiawan, menjelaskan bahwa persoalan kesehatan ibu dan anak tidak bisa dipisahkan dari kesiapan kesehatan perempuan sejak usia remaja.
“Ketika kita bicara kesehatan ibu dan anak, sebetulnya kita bicara mulai dari remaja. Banyak perempuan yang bahkan tidak sadar bahwa dirinya sedang hamil. Padahal dua bulan pertama seluruh susunan saraf janin sudah terbentuk,” ujarnya pada gelaran Kawal Bumil Fest, Sabtu (15/11/2025).
Kukuh menegaskan bahwa minimnya kesadaran tersebut dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang. Karena itu, program Kawal Bumil digencarkan untuk memastikan ibu hamil tercatat, terdampingi, serta mendapatkan asupan nutrisi yang memadai.
Menurutnya, ada tiga target besar yang ingin dicapai yaitu menekan angka kematian ibu, menurunkan kematian anak, dan mencegah stunting.
“Stunting bisa dicegah ketika ibu hamil tercatat, terdampingi, dan terpenuhi nutrisinya,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pencegahan sejak remaja. Anemia disebut sebagai faktor risiko terbesar karena dapat menurunkan produktivitas hingga memengaruhi tumbuh kembang janin.
“Remaja harus minum tablet tambah darah, menjaga nutrisi, dan melakukan skrining sederhana,” tegasnya.
Baca Juga:Jawa Barat dalam Cengkeraman Ketimpangan: Antara Mega Proyek dan Rakyat yang Tertinggal Melalui Honda Bikers Day, Daya Group dan DAM Berikan Bantuan Mesin Air Minum untuk Yayasan Darul Azkia
Lebih jauh, Kukuh mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa Jawa Barat menyumbang sekitar 70 persen kasus anemia perempuan di Indonesia. Pola hidup serba cepat, kurang istirahat, minim olahraga, hingga mobilitas tinggi menjadi pemicu tingginya risiko tersebut.
