KURASI MEDIA – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) melalui Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) memperluas sosialisasi mitigasi bencana gempa bumi kepada para peternak di berbagai kecamatan.
Upaya ini dilakukan sebagai langkah mitigasi potensi pergerakan Sesar Lembang yang kembali menjadi sorotan publik dalam beberapa pekan terakhir.
Kepala Dispernakan KBB, Wiwin Aprianti, mengatakan bahwa aspek mitigasi bagi pelaku usaha peternakan sering kali terabaikan.
Baca Juga:Program “Ngalong” Jadi Angin Segar bagi Pembudidaya Ikan Bandung BaratBandung Barat Dorong Peningkatan Kapasitas Lewat Sosialisasi KTNA
Padahal, menurut dia, risiko kerusakan kandang dan keselamatan ternak dapat berdampak langsung pada keberlangsungan ekonomi keluarga peternak. Karena itu, langkah preventif perlu dipahami sejak dini.
“Pemerintah Kabupaten Bandung Barat gencar memberikan edukasi dan meminta warganya untuk tetap waspada. Informasi yang benar dan langkah mitigasi yang tepat harus diketahui oleh para peternak agar mereka dapat melindungi ternak sekaligus menjaga keselamatan diri,” ujar Wiwin, Selasa (4/11/2025).
Ia menambahkan bahwa sosialisasi dilakukan secara bertahap melalui penyuluh lapangan dan pertemuan kelompok ternak.
Dalam penyampaiannya, Dispernakan memetakan sejumlah langkah mitigasi yang dapat diterapkan peternak.
Pertama, peternak diminta memastikan kandang dibangun atau diperbaiki sesuai standar bangunan tahan gempa.
Struktur kandang perlu dirancang kokoh agar tidak mudah roboh saat terjadi guncangan.
Kedua, seluruh peralatan peternakan—mulai dari tempat pakan, wadah minum, hingga peralatan pengolahan susu—harus ditata dengan aman dan dipastikan tidak mudah bergerak atau jatuh ketika terjadi gempa.
Baca Juga:Bandung Barat Intensifkan Edukasi Konsumsi Ikan kepada MasyarakatOFT Jadi Andalan Baru Penguatan Peternakan KBB
Penataan ulang dinilai penting untuk mencegah cedera pada ternak maupun peternak.
Ketiga, Dispernakan menekankan pentingnya rencana evakuasi ternak, terutama untuk sapi dan hewan besar lain yang tidak mampu menyelamatkan diri sendiri.
Peternak diminta menyiapkan jalur evakuasi, menentukan lokasi aman yang mudah dijangkau, serta melatih anggota keluarga mengenai prosedur penyelamatan ternak saat keadaan darurat.
Keempat, upaya mitigasi perlu diperkuat melalui koordinasi dengan pemerintah daerah, dinas teknis, dan tenaga ahli.
Dukungan lintas sektor dinilai penting agar peternak dapat memperoleh informasi akurat, bantuan teknis, hingga layanan kedaruratan ketika bencana terjadi.
Wiwin menegaskan bahwa edukasi mitigasi bukan bertujuan menimbulkan kecemasan, melainkan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di wilayah rawan bencana.
