Maka menjalankan ibadah sunnah sebaiknya tidak ditinggalkan. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّ اللّٰهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
Artinya: “Allah Ta’ala berfirman (dalam hadits qudsi), “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya.“ (HR. Bukhari).
Di dalam hadits ini, Allah memberikan ultimatum yang sangat tegas bahwa siapa saja yang memusuhi wali-Nya, akan berperang dengan-Nya.
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini, Jumat 19 Desember 2025Teks Khutbah Jumat 19 Desember 2025: 4 Cara Sikapi Beda Pendapat dan Pandangan
Siapakah yang akan menang bila berperang dengan Tuhan pencipta semesta alam? Tentu kita semua tahu jawabannya.
Bahwa tidak mungkin ada yang bisa menang melawan Allah Ta’ala. Baginda Rasulullah SAW juga menjelaskan jalur utama bagi seorang hamba agar memperoleh predikat dicintai Allah.
Beliau menjelaskan bahwa jalur tercepat untuk mendekatkan seorang hamba kepada Allah ialah dengan mengerjakan segala hal yang diwajibkan oleh Allah dan istiqamah berusaha mengerjakan ibadah-ibadah yang disunnahkan.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Selain sebagai alat untuk menggapai cinta Allah Ta’ala, ibadah sunnah juga dapat menyempurnakan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah wajib.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari alpa, tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam pelaksanaan ibadah wajib, kita masih memiliki banyak kekurangan.
Shalat wajib kita yang kurang khusyu’, atau puasa Ramadhan kita yang kurang sempurna.
Di sinilah fungsi ibadah sunnah, yaitu menyempurnakan atau menambal kekurangan yang terdapat dalam ibadah wajib. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّ مِنْ أَوَّلِ مَا يُحَاسَبُ بِهِ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، قَالَ: يَقُولُ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا؟ فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
Baca Juga:PMI Gelar Jumpa Bakti Gembira PMR Kabupaten Bandung 2025Telkom Resmi Teken Akta Spin-Off, InfraNexia Jadi Mesin Pertumbuhan Baru Infrastruktur Digital TelkomGroup
Artinya, “Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal manusia adalah shalat.” Rasulullah bersabda, “Allah Ta’ala berfirman kepada malaikat, dan Allah lebih mengetahui, “Periksalah shalat hamba-Ku, apakah sempurna atau ada kekurangan?” Jika shalatnya sempurna, maka dicatat sempurna untuknya. Jika terdapat suatu kekurangan, Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah?” Jika seorang hamba memiliki amal ibadah sunnah, Allah Ta’ala berfirman, “Sempurnakanlah ibadah wajibnya dengan ibadah sunnahnya.” Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (HR. Ahmad).
