KURASI MEDIA – Dr. Lilith Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD, peneliti nyamuk ber-Wolbachia dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan tidak ada perbedaan antara nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia dengan nyamuk tanpa bakteri Wolbachia, sehingga dampak gigitannya pun dikatakannya sama saja.
Lilith mengatakan bahwa gigitan nyamuk Wolbachia memiliki efek gatal yang sama dengan gigitan nyamuk Aedes aegypti pada umumnya, namun tidak lagi menularkan virus dengue.
Selanjutnya, ia menjawab dengan tegas pertanyaan apakah bakteri yang ada di dalam tubuh nyamuk tersebut bisa menular ke serangga lain, hewan, atau manusia.
Baca Juga:Konsumsi Jamu dan Obat Herbal yang Mengandung Steroid Picu Diabetes, Emang Iya?Ini Deretan Nama Pemain Memakau Selama Fase Grup Piala Dunia U-17
Menurutnya, bakteri Wolbachia hanya dapat hidup di dalam sel tubuh serangga, sehingga akan mati begitu keluar dari sel tubuh serangga.
“Misalnya air liur, tapi air liur bukan sel, jadi bakteri tidak bisa ada di dalam air liur nyamuk. Bakteri bisa saja ada di dalam sel kelenjar ludah, tapi bakteri tidak bisa keluar dari sel, sehingga meskipun nyamuk menggigit manusia, tidak bisa menginfeksi orang atau tempat lain,” jelasnya.
Penularan bakteri Wolbachia terjadi melalui perkawinan nyamuk.
Saya masih berbicara tentang efek dari sengatan nyamuk, seperti halnya Doni, peneliti Wolbachia dan demam berdarah di Universitas Gadjah Mada.
Profesor, Ph.D. Adi Utarini, MA, MPH, Ph.D. mengatakan bahwa seperti halnya gigitan nyamuk lainnya, efek yang ditimbulkan bisa saja tidak langsung terasa.
Aedes aegypti ber-Wolbachia memiliki karakteristik yang sama dengan Aedes aegypti, termasuk resistensi terhadap insektisida.
Ia meyakini bahwa nyamuk ini resisten terhadap insektisida, sama seperti nyamuk di alam.