Konflik Timur Tengah Semakin Panas, Perekonomian Dunia Terancam!

0 Komentar

KURASI MEDIA- Pecahnya konflik di Timur Tengah berpotensi menjadi pemicu terhadap tren inflasi baru dan menggoyahkan kepercayaan global terhadap pemulihan perekonomian dunia  yang masih berguncang akibat pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina sejak 2022.

Perang di Israel, dengan lebih dari 1.100 korban jiwa akibat serangan Hamas dari Gaza dan respon keras Israel, menambah kemungkinan akan konflik lebih meluas di Timur Tengah, yang dapat mempengaruhi stabilitas global yang sebelumnya terganggu oleh tindakan militer Rusia hampir dua tahun yang lalu.

Dampak dari konflik ini mungkin akan membutuhkan waktu untuk terlihat jelas, tergantung pada lamanya dan seberapa intensitas konflik tersebut, serta apakah konflik ini akan meluas ke wilayah lain di kawasan tersebut.

Baca Juga:Gapapa Sering-Sering Nangis, ini 8 Manfaat Positif dari MenangisPenjelasan Ilmiah Kenapa Bentuk Hidung Manusia Bisa Berbeda-Beda

Agustin Carstens, manajer umum Bank for International Settlements, menyatakan bahwa “masih terlalu dini untuk memprediksi dampaknya, meskipun pasar minyak dan ekuitas kemungkinan akan merasakan dampaknya secara langsung.”

Namun, perang ini berpotensi memberikan ketidakpastian tambahan terhadap perekonomian global yang sudah melambat, serta pasar AS yang sedang beradaptasi dengan kemungkinan Federal Reserve mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari prediksi banyak investor.

Perang ini juga membawa risiko terhadap tekanan inflasi baru bagi bank sentral, karena Timur Tengah tidak hanya menjadi pusat produksi minyak utama seperti Iran dan Arab Saudi, tetapi juga merupakan jalur pelayaran vital melalui Teluk Suez.

Pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Maroko minggu ini akan menjadi forum utama untuk membahas isu-isu tersebut, terutama dalam menghadapi perekonomian global yang masih sangat fluktuatif akibat pandemi dan ketegangan perdagangan yang meningkat.

Para pejabat Federal Reserve juga akan mempertimbangkan potensi kenaikan harga energi sebagai risiko terhadap prospek penurunan inflasi secara bertahap. Namun, mereka menyatakan keyakinan bahwa perekonomian AS kemungkinan besar akan mampu mengatasi guncangan eksternal yang tak terduga.

Dengan konflik di wilayah produsen minyak utama, reaksi Iran dan Arab Saudi akan menjadi fokus perhatian untuk melihat apakah akan terjadi lonjakan harga minyak. Selain itu, pasar obligasi dan saham juga akan mencermati kemungkinan dampak dari konflik ini.

0 Komentar