Memahami Esensi Idealisme: Menggali Lebih Dalam ke Dunia Pemikiran

Memahami Esensi Idealisme: Menggali Lebih Dalam ke Dunia Pemikiran
Idealisme, sebuah konsep filosofis yang mendalam, seringkali diidentifikasi dalam konteks sehari-hari dengan keyakinan, prinsip, dan keinginan untuk mencapai bentuk ideal.
0 Komentar

KURASI MEDIA – Idealisme, sebuah konsep filosofis yang mendalam, seringkali diidentifikasi dalam konteks sehari-hari dengan keyakinan, prinsip, dan keinginan untuk mencapai bentuk ideal. Namun, pemahaman ini belum sepenuhnya mencerminkan esensi idealisme sebagaimana dijelaskan dalam filsafat.

Dalam artikel ini, kita akan menyusuri lebih jauh ke dunia pemikiran, membahas asal-usul, varian-varian, dan pandangan tokoh-tokoh terkemuka yang membentuk kerangka idealisme.

Idealisme: Panggung Pemikiran Plato

Dalam perspektif filsafat, idealisme mempunyai akar kata dari “ID,” yang berkaitan dengan pikiran atau jiwa. Salah satu tokoh kunci yang pertama kali merumuskan konsep ini adalah Plato. Menurut Plato, dunia ini terbagi menjadi dua: dunia ide, yang merupakan gambaran sempurna dari realitas, dan dunia nyata yang hanyalah tiruan dari dunia ide. Analoginya seperti bayangan pantulan di dalam sebuah goa, di mana kita hanya melihat gambaran yang sempurna dari objek di luar.

Baca Juga:Panduan Praktis Buat Nonton Konser Coldplay di GBK, Cus Dicatat!Chris Martin Bikin Heboh dengan Foto Nyeker di Jakarta

Plato dan Pembagian Dunia

Plato membagi dunia menjadi dua perspektif: dunia ide dan dunia realitas. Dunia ide adalah gambaran sempurna dari realitas yang terdapat di luar sana. Sebagai contoh, bayangkan membangun sebuah rumah. Rumah yang dibangun dalam dunia nyata adalah tiruan dari rumah yang telah ada dalam dunia ide, sebagai bentuk ideal dan sempurna.

George Berkeley dan Idealisme Subjektif

George Berkeley, seorang filsuf yang terkenal dengan idealisme subjektifnya, mengembangkan pemikiran bahwa pengetahuan sejati hanya dapat didasarkan pada persepsi kita sendiri. Menurut Berkeley, tidak ada objek nyata di balik persepsi seseorang, dan apa yang dianggap nyata sebenarnya adalah persepsi itu sendiri.

Mengulang Nada Kopi: Analogi Idealisme Subjektif

Pemikiran Berkeley dapat diilustrasikan dengan analogi sederhana. Bayangkan kita merem dan membayangkan segelas kopi. Persepsi kopi yang kita rasakan, dari baunya hingga rasa hangatnya, adalah realitas bagi kita. Tanpa membayangkan kopinya, kita tidak dapat merasakan apa-apa, dan hal tersebut merangkum esensi dari idealisme subjektif Berkeley.

René Descartes dan Kesadaran Individu

René Descartes, seorang filsuf Perancis, menyatakan bahwa segala pengetahuan sejati terletak dalam kesadaran individu. Baginya, dunia luar hanyalah ide atau gambaran dalam pikiran kita. “Cogito, ergo sum” (Aku berpikir, maka aku ada), menjadi dasar pemikiran Descartes bahwa eksistensi seseorang hanya dapat dipastikan melalui kesadaran individu.

0 Komentar