Mengatasi Krisis Literasi di Indonesia: Buku vs. Konten Instan Mana yang Lebih Unggul di Jaman Sekarang?

Mengatasi Krisis Literasi di Indonesia: Buku vs. Konten Instan Mana yang Lebih Unggul di Jaman Sekarang?
Melansir dari channel youtube Agusleo Halim, dalam sebuah episode podcast berjudul "STOP Baca Buku?! | Krisis Literasi 20an di Indonesia," Bilal Faranov dan Agus Leo membahas permasalahan serius yang dihadapi Indonesia dalam hal minat baca dan penutupan beberapa toko buku Gunung Agung.
0 Komentar

KURASI MEDIA – Melansir dari channel youtube Agusleo Halim, dalam sebuah episode podcast berjudul “STOP Baca Buku?! | Krisis Literasi 20an di Indonesia,” Bilal Faranov dan Agus Leo membahas permasalahan serius yang dihadapi Indonesia dalam hal minat baca dan penutupan beberapa toko buku Gunung Agung. Pembahasan ini mencakup sejumlah poin krusial yang layak untuk kita telusuri lebih dalam.

Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar terkait penurunan minat baca dan krisis literasi. Bahkan, dalam pembahasan ini disebutkan bahwa menurut data dari UNESCO, Indonesia berada di peringkat ke-61 dari 62 negara dalam hal minat baca masyarakatnya. Fakta ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat pentingnya literasi dalam pembangunan suatu negara.

Pembahasan dimulai dengan menyentuh penutupan beberapa toko buku Gunung Agung, yang dianggap sebagai sesuatu yang sentimental dan mencerminkan kurangnya minat baca di kalangan masyarakat. Pertanyaan mengenai penyebab tutupnya toko buku tersebut menjadi sorotan, dan pembawa acara mengungkapkan rasa sedih mereka atas berita tersebut.

Baca Juga:Sinopsis Film Horor Trinil: Misteri Hantu Berbaju Merah yang Menghantui Kota TemanggungRedmi Note 13: Kombinasi Keindahan Desain dan Performa Hebat dalam Genggaman

Namun, podcast ini tidak hanya memberikan pandangan negatif, melainkan juga mencoba mencari solusi untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Salah satu solusi yang diusulkan adalah melalui kolaborasi antara pemerintah, pendidik, dan konten kreator. Dengan adanya insentif dan dukungan, para konten kreator dapat berperan penting dalam meningkatkan minat baca dengan menyajikan konten yang edukatif.

Pembahasan selanjutnya membahas pengaruh budaya instant gratification yang semakin merajalela. Fenomena ini membuat orang lebih memilih konten instan, seperti video pendek di media sosial, daripada membaca buku. Para pembawa acara menyoroti pentingnya mengubah mindset masyarakat untuk melihat membaca buku sebagai investasi untuk masa depan.

Selain itu, pembawa acara juga membahas peran pemerintah dalam meningkatkan literasi. Meskipun ada banyak perpustakaan di Indonesia, beberapa orang berpendapat bahwa bukunya tidak menarik atau berkualitas. Pembahasannya mengarah pada perlunya peningkatan anggaran pendidikan dan dukungan terhadap perpustakaan, serta menciptakan insentif untuk meningkatkan minat baca.

Poin terakhir yang diangkat adalah peran aksi dan aplikasi dari ilmu yang diperoleh melalui membaca buku. Mereka menekankan pentingnya tidak hanya membaca, tetapi juga mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Aksi konsisten setelah membaca buku dianggap sebagai kunci untuk melihat perubahan positif dalam kehidupan.

0 Komentar