Review Film Interstellar: Perpaduan Brilian Antara Karya Seni dan Fakta Sains, Bikin Kita Mikir Keras!

Review film Interstellar: Perpaduan Brilian Antara Karya Seni dan Fakta Sains
Film Interstellar bukanlah sekadar film biasa; ia menjadi bukti bahwa seni dan sains dapat bersatu dengan harmonis.
0 Komentar

Gravitasi dan relativitas mengacu pada teori terkenal dari Einstein, yaitu relativitas umum. Teori ini mengubah pandangan kita terhadap ruang dan waktu, menggambarkannya seperti trampolin di mana benda-benda besar seperti matahari membuat ruang dan waktu melengkung.

Efek dari gravitasi ini hanya dirasakan secara signifikan ketika kita mendekati benda bermassa besar, seperti lubang hitam. Lubang hitam, dengan massa jutaan kali lebih besar dari matahari, memiliki gravitasi yang begitu kuat sehingga ia mampu menyedot cahaya dan semua benda di sekitarnya.

Konsep ruang-waktu, atau spacetime, menjadi kritis dalam pemahaman ini. Sebagaimana diilustrasikan dalam film dengan trampolin, ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan. Mereka saling terkait dan dapat meregang atau melengkung bergantung pada kehadiran benda bermassa besar.

Baca Juga:Cara Hasilkan Uang Lewat Canva: Strategi dan Peluang untuk Sukses di Dunia Online5 Rekomendasi Laptop Unggulan di Harga Rp4-5 Jutaan, Cek di Sini!

Namun, di Bumi, gravitasi terlalu kecil untuk kita merasakan perbedaan waktu ini. Ini berubah ketika kita mendekati lubang hitam, di mana efek gravitasi yang luar biasa membuat waktu melambat secara signifikan. Dalam konteks Interstellar, satu jam di pinggir lubang hitam setara dengan tujuh tahun di Bumi.

Lubang hitam dalam film ini tidak hanya menjadi objek fiksi ilmiah. Pertunjukan visualnya didasarkan pada rumus gravitasi Einstein yang telah diubah oleh Thorne. Inilah yang membuatnya unik—bukan sekadar imajinasi visual, tetapi sebuah representasi ilmiah yang akurat.

Film mencapai puncaknya ketika tokoh utama, Cooper, memasuki lubang hitam untuk menyelamatkan rekan-rekannya. Pertanyaan yang muncul di kalangan ilmuwan adalah apa yang terjadi ketika kita benar-benar memasuki lubang hitam. Jika kita tidak mati, kita mungkin menemukan misteri besar tentang alam semesta.

Dalam adegan yang mungkin terlihat mistis, Cooper memasuki ruang lima dimensi. Bagaimana visualisasi ini dapat terjadi, dan bagaimana Cooper bisa berkomunikasi dengan anaknya di Bumi saat masih kecil? Pertanyaan-pertanyaan ini menciptakan diskusi menarik di kalangan ilmuwan.

Interstellar tidak hanya sebuah film; ia menjadi karya seni yang menggabungkan fiksi ilmiah dan fakta ilmiah dengan indah. Kolaborasi antara seniman visual, fisikawan, dan sutradara menghasilkan sebuah karya yang tidak hanya menghibur tetapi juga menginspirasi dan memprovokasi pemikiran kita tentang alam semesta. Lubang hitam dalam Interstellar bukan hanya objek visual menakjubkan; ia adalah jendela ke dalam dunia ilmu pengetahuan yang mendalam.

0 Komentar