Cerita Sukses Pemilik Alfamart Walau Tidak Menempuh Sekolah Formal

Cerita Sukses Pemilik Alfamart Walau Tidak Menempuh Sekolah Formal
0 Komentar

KURASI MEDIA-  Alfamart, sebuah minimarket yang sangat dikenal, telah menjadi tempat berbelanja bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jaringan toko Alfamart telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk kota-kota besar maupun desa-desa.

Djoko Susanto, sosok di balik kesuksesan Alfamart, memiliki kisah perjalanan menarik. Ia adalah anak keenam dari sepuluh bersaudara, lahir di Jakarta pada 9 Februari 1950. Meskipun berasal dari keluarga pedagang warung kelontong, Djoko Susanto terpaksa berhenti sekolah saat akan memasuki kelas satu SMA pada 6 April 1966, ketika Chinese School tempatnya belajar harus ditutup. Meskipun memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan formal, Djoko tetap tekun membantu berjualan di toko kelontong milik keluarganya.

Dia kemudian membangun warung kelontong sendiri dengan nama Toko Sumber Bahagia di Pasar Arjuna. Meskipun hanya tamatan SMP dan tanpa latar belakang formal yang kuat, Djoko tidak merasa minder atau malu. Bisnis toko kelontongnya berjalan sukses dan berkembang hingga membuka 560 gerai di berbagai pasar tradisional.

Baca Juga:10 Strategi Efektif untuk Mengelola Rasa Marah dengan BijakNilai Tukar Rupiah Masih Terpantau Sangat Lesu di Angka Rp15.620 per Dolar

Meski mengalami musibah kebakaran di kios Pasar Arjuna pada tahun 1976, Djoko tidak menyerah. Dengan ketekunan dan kegigihannya, ia berhasil memulihkan bisnisnya, bahkan mengembangkan inovasi baru dengan memasarkan rokok, yang saat itu merupakan produk laris.

Keahliannya dalam membidik pasar rokok menarik perhatian Putera Sampoerna, pemilik perusahaan tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia. Mereka sepakat untuk bekerja sama dan membuka 15 kios rokok.

Djoko tidak berhenti di situ. Bersama Putera Sampoerna, mereka memperluas bisnis ke supermarket dengan nama Alfa Toko Gudang Rabat. Tahun 1994, jaringan ritel berformat grosir ini disederhanakan menjadi Alfa Minimart.

Pada tahun 2005, Putera Sampoerna memutuskan untuk menjual seluruh aset dan sahamnya pada Philip Morris International, termasuk 70% saham Alfa Minimart. Djoko dan Northstar membeli saham tersebut karena Philip tidak tertarik dengan bisnis ritel. Bisnis yang dijalankan oleh Djoko terus berkembang pesat, hingga pada tahun 2013 ia berhasil menguasai saham Northstar.

Melalui PT. Midimart Utama, Djoko mendirikan Alfa Midi yang berfokus pada bisnis ritel dengan konsep medium market di Indonesia. Kini, cabangnya telah tersebar lebih dari 17.000 di seluruh wilayah Indonesia. Djoko juga menjalin kerja sama dengan Lawson, sebuah waralaba convenience store asal Jepang.

0 Komentar