KURASI MEDIA – Saat ini, banyak Istilah Gaul kekinian yang sering kita temui di dunia maya, terutama di platform populer seperti TikTok.
Namun, apakah Anda pernah berpikir bagaimana jika istilah-istilah gaul tersebut diubah ke dalam Bahasa Sunda? Atau apakah anda tau apa makna dan arti sebenarnya dari istilah tersebut?
Bahasa atau istilah gaul di TikTok ternyata mencerminkan realitas sehari-hari, meski terkadang kita masih bingung dengan maknanya.
Baca Juga:Rekomendasi Hp Rp 1 Jutaan Untuk Anak Sekolah, Samsung Salah SatunyaPinjaman KUR BRI Online Hanya dalam Genggaman HP dengan Satu Klik!
Nah, mari kita bersama-sama menjelajahi apa makna dan arti sebenarnya istilah-istilah gaul tersebut.
Istilah Gaul yang Viral di Tiktok
- FOMO atau Fear Of Missing Out
FOMO, atau Fear Of Missing Out, merujuk pada orang-orang yang selalu ingin ikut-ikutan dengan tren yang sedang berkembang. Dalam Bahasa Sunda, fenomena ini dapat diungkapkan melalui istilah ‘Tuturut Munding’, yang secara harfiah berarti mengikuti kerbau. Ini merujuk pada orang yang selalu mengikuti perilaku orang lain.
- JOMO atau Joy of Missing Out
Sebaliknya, JOMO atau Joy of Missing Out menggambarkan mereka yang tidak suka mengikuti tren. Dalam Bahasa Sunda, konsep ini dapat diungkapkan melalui frasa ‘Tara Kabawa ku Sakaba-kaba’, yang menggambarkan seseorang yang tidak terpengaruh oleh arus utama.
- YOLO atau You Only Live Once
YOLO atau You Only Live Once, yang berarti hidup hanya sekali, bisa disampaikan dalam Bahasa Sunda dengan kata-kata ‘Hirup ngan ukur sakali’, mengingatkan kita akan pentingnya memanfaatkan setiap momen dalam hidup.
- Flexing
Flexing, atau pamer, dapat diartikan dalam Bahasa Sunda melalui frasa ‘Agul ku Payung Butut’, yang merujuk pada perilaku seseorang yang suka memamerkan kekayaannya. Istilah lainnya adalah ‘Adigung Adiguna’ dan ‘Adean ku kuda beureum’, yang menggambarkan orang yang suka pamer dengan barang milik orang lain.
- Red Flag
Red Flag, yang menunjukkan sesuatu yang memiliki ciri negatif, dapat diartikan dalam Bahasa Sunda melalui istilah ‘Gordat’ atau ‘Goreng Patut’, yang mencerminkan perilaku buruk dan tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal.
- Green Flag
Green Flag, yang menunjukkan sesuatu yang memiliki ciri positif, dapat diungkapkan dalam Bahasa Sunda melalui kata-kata ‘Bageur’ dan ‘Alus’, menggambarkan seseorang atau sesuatu yang bernilai baik.