Bahaya Fake News di Tengah Konflik Palestina dan Israel

0 Komentar

KURASI MEDIA – Menurut pakar media sosial di Universitas Indonesia, Dr. Firman Kurniawan, misinformasi dan disinformasi saat perang bukan hal yang baru. Namun fake news yang beredar terkait perang Hamas dan Israel saat ini sudah sangat berbahaya, karena menyentuh hal sensitif seperti politik identitas dan agama.

Dr. Firman Kurniawan juga menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang membuat produksi fake news dalam perang ini begitu masif.

Salah satunya adalah ketidakseimbangan informasi di masyarakat saat terjadi peristiwa besar, di mana masyarakat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Baca Juga:Berikut adalah Negara yang Sudah Mengirimkan Bantuan ke Palestina5 Rekomendasi Hp yang Memiliki RAM Tinggi untuk Menyimpan Banyak Aplikasi

Kedua, pihak yang terlibat dalam peperangan ingin mendapat dukungan publik, walaupun tindakan mereka dibungkus dengan alasan misi kemanusiaan.

Ketiga, semua orang dapat memproduksi dan mendistribusikan informasi, sehingga memungkinkan untuk memanfaatkan emosi dalam mendapatkan dukungan.

Satrio Arismunandar, seorang ahli media dan mantan wartawan senior di media besar juga berpendapat bahwa penyebaran fake news yang cepat bukan fenomena baru, namun semakin dipermudah dengan adanya berbagai perangkat media dan teknologi informasi yang canggih.

Ia juga menyatakan bahwa isu konflik seperti Palestina atau Bosnia dapat langsung membangkitkan emosi masyarakat Indonesia.

Ruslan Trad, resident fellow di Atlantic Council’s Digital Forensic Research Lab, mengatakan bahwa para peneliti sekarang harus menganalisis ribuan tautan berita secara manual tanpa piranti tertentu.

Selain itu, dikarenakan maraknya berita yang beredar di aplikasi X yang dulunya adalah twiter, Elon Musk  mendapatkan peringatan atas dugaan membiarkan meluasnya disinformasi mengenai serangan Hamas ke Israel, termasuk fake news dan gambar yang telah direkayasa di platform X.

Jika Musk tidak mematuhi permintaan itu, ia dapat dikenai denda sebesar enam persen dari pendapatannya di X, atau berisiko ditutup total di seluruh Uni Eropa. Saat ini belum diketahui apakah Musk akan memenuhi permintaan tersebut atau tidak.

Baca Juga:Dolar Menurun Hari ini, Rupiah Berkesempatan Menguat 48 PoinCek Harga Emas Antam Hari ini Naik Rp2.000

Komisioner Thierry Breton juga mendesaknya memberikan tanggapan yang cepat, akurat, dan lengkap terhadap permintaan untuk menghubungi Europol dan lembaga penegak hukum yang relevan.

Karena ketika fake news diserap begitu saja, dampaknya tidak hanya sebatas menimbulkan kebingungan dan ketakutan, melainkan juga berpotensi menyebabkan pengambilan keputusan yang sangat berisiko, terutama dalam situasi perang.

0 Komentar