KURASI MEDIA – Pembacaan puisi Karya Suharyanto oleh Anggota DPR RI Komisi IV Saadiah Uluputty sebagai sambutan dalam acara Festival Orantata.
Tanggal 21-27 Oktober Festival Orantata digelar di Kepulauan Banda Neira, Desa Lonthoir, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah.
Salah satu acara dari Festival Orantata ini yaitu lombang Belang Kora-Kora yang dilakukan oleh para pendayung muda, lelaki berusia 20 tahun.
Baca Juga:Sinopsis Film The 33, Kisah Nyata Perjuangan Para PenambangSinopsis Film Collateral Tayang di Bioskop Trans TV 27 Oktober 2023
Rute lombang Belang Kora-Kora ini dimulai dari Pantai Batu Klatak yang berakhir di Pantai Lahar.
Perahu Kora-kora yang dijadikan lomba merupakan perahu tradisional yang memiliki ukuran rata-rata panjang sekitar 8,5 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 0,8 meter.
Dengan kekuatan dayung, perahu ini dapat melaju sesuai dengan kecepatan pendayung. Kerja sama dan kekompakan menjadikan perahu ini dapat berlayar dengan sangat cepat.
Perahu tradisional khas Maluku ini sebagai bukti sejarah kehebatan leluhur dalam membuat perahu yang dijadikan sebagai armada perdagangan dan perang di jaman penjajahan Portugis.
Puisi Festival Orantata
Terdapat sebait puisi buah karya Suharyanto, Direktur Perencanaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Dayung… dayung… dayung… sepenuh semangat
Tak ada kesempatan untuk diam walau sejenak
Tak ada kesempatan untuk diam walau sebentar
Puisi tersebut dibacakan secara dramatik oleh Anggota DPR RI Komisi IV Saadiah Uluputty, mengawali sambutannya dalam prosesi pengumuman dan pembagian hadiah kepada pemenang Lomba Belang Kora-kora.
Hasil lomba Belang Kora-kora diumumkan dengan Juara Pertama dimenangkan oleh Belang Nasional Kumber Kasestoren (Bintang Merah- Masariku; Kedua, Belang Nasional Walang Spanciby (Garuda Perkasa); Ketiga, Belang Nasional (Boiyauw); Keempat, Belang Waisamar-Boiyauw; dan lima lainnya diberikan hadiah hiburan dengan total hadiah uang sejumlah enam puluh juta rupiah.
Baca Juga:Sinopsis Film The Hunters Prayer Tayang Jam 11 MalamSinopsis Film Bats: Human Harvest Tayang Pukul 9 Malam
Menurut Yanti Heriyawati, pakar kajian festival menjelaskan, bahwa festival rakyat menjadi energi bagi kelanjutan masa depan kehidupan masyarakat Banda Neira.
“Lomba Belang Kora-kora telah menghadirkan semua lapisan masyarakat berkumpul penuh antusias, itu artinya festival menjadi ajang kebersamaan, keberanian, sportivitas, sekaligus menjadi ruang transfer knowledge tentang kekuatan perahu tradisional Kora-kora yang memiliki nilai historis bagi masyarakat Banda,” ujarnya.