KURASI MEDIA – Bandung, kota yang kaya akan toleransi, memperlihatkan keragaman agama dengan damai. Sejumlah tempat ibadah bersejarah di Bandung telah berdiri sejak masa penjajahan Belanda, menjadi saksi bisu perkembangan iman dan toleransi masyarakat.
Sejarah dan keindahan arsitektur tempat-tempat ini mengundang wisatawan dari berbagai penjuru untuk merasakan kedamaian dan keberagaman kota ini.
Bandung memiliki sejumlah rumah ibadah tertua yang menjadi simbol perjuangan dan toleransi di kota ini. Rumah ibadah ini berdiri sejak zaman penjajahan Belanda dan masih berfungsi hingga saat ini.
Baca Juga:Oppo A2 5G Diklaim jadi Ponsel Terbaik? Cek Harga dan Spesifikasinya di Sini!10 Bakmi Legendaris Tempat Kuliner di Bandung yang Bertahan Sejak Dekade 1950an!
5 Tempat Ibadah di Bandung yang Jadi Simbol Toleransi
Masjid Mungsolkanas
Salah satu rumah ibadah tertua di Bandung adalah Masjid Mungsolkanas yang terletak di Kelurahan Cihampelas. Masjid Mungsolkanas ini adalah simbol perjuangan dan toleransi.
Masjid ini dibangun di atas tanah wakaf milik Lantenas dibangun pada tahun 1869 oleh Lantenas, istri seorang pejabat kolonial, masjid ini menyimpan pesan damai dalam akronimnya: “Mangga Urang Ngaos Sholawat ka Kanjeng Nabi Muhammad SAW”.
Pesan ini mengajak warga tidak hanya untuk berjuang dengan senjata, tetapi juga melalui doa dan selawat.
Gereja Katedral Santo Petrus
Selain itu, ada juga Gereja Katedral Santo Petrus yang dibangun setelah jalur kereta api Batavia-Bandung dibuka pada tahun 1884. Gereja Katolik tertua di Bandung ini telah mengalami perluasan dan mengalami perkembangan umat Katolik di Bandung.
Gereja Katedral Santo Petrus, yang berdiri megah di Jalan Merdeka, adalah saksi bisu perkembangan umat Katolik di Bandung. Nama Santo Petrus diambil dari nama Pastor P.J.W. Muller, SJ, yang sangat berjasa bagi gereja ini.
Gereja Bethel
Gedung gereja protestan tertua di Bandung ini, dirancang oleh arsitek C.P. Wolff Schoemaker, menjadi bukti keberagaman dalam kesederhanaan. Meskipun tidak memiliki simbol salib, gereja ini menunjukkan keagungan melalui menara jam yang indah. Dengan loncengnya yang pertama kali berdentang pada 1 Maret 1925, gereja ini menyimpan sejarah panjang iman Protestan di Bandung.
Wihara Satya Budhi
Wihara Satya Budhi, tempat ibadah tertua bagi umat Buddha di Bandung, mencerminkan harmoni dan kerukunan. Dibangun setelah perang Diponegoro, wihara ini menjadi tempat perlindungan dan ibadah bagi etnis Tionghoa yang hijrah ke Bandung. Dengan bantuan dari umat Buddha dan masyarakat, pembangunan wihara ini dipelopori oleh kapten Tan Yun Liong, menunjukkan semangat kebersamaan dalam beribadah.