KURASI MEDIA – Sebuah penelitian terbaru telah menghadirkan sorotan pada lubang ozon di lapisan atmosfer Antartika, menimbulkan kekhawatiran atas perkembangan terbaru yang tampaknya mengabaikan larangan global terhadap bahan kimia yang memicu penipisan ozon.
Lapisan ozon, yang berperan penting dalam menyaring radiasi ultraviolet matahari yang berpotensi merugikan, telah menjadi fokus perhatian sejak ditemukannya bahan kimia seperti chlorofluorocarbon (CFC) pada pertengahan tahun 1970-an. Larangan penggunaan CFC melalui Protokol Montreal tahun 1987 dianggap sebagai langkah sukses, dengan proyeksi pemulihan lapisan ozon Antartika pada tahun 2066.
Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti di Selandia Baru menunjukkan bahwa lubang ozon di Antartika semakin memperluas diri, bahkan setelah penurunan penggunaan CFC. Para peneliti menemukan bahwa enam dari sembilan tahun terakhir mengalami penurunan jumlah ozon yang signifikan, menimbulkan kekhawatiran bahwa ada faktor lain yang berperan, mungkin terkait dengan perubahan iklim.
Baca Juga:Main Game Dapat Uang! 9 Game Seru yang Bisa Jadi Sumber PenghasilanNoah Schnapp dan Kontroversi Dukungan Israel: Netizen Soroti Standar Ganda di Hollywood
Annika Seppala, salah satu penulis studi, menyatakan bahwa kemungkinan adanya perubahan atmosfer yang menghalangi upaya pemulihan lapisan ozon. Lubang ozon di atas Antartika biasanya terbuka dari September hingga November, namun, data menunjukkan bahwa meskipun adanya pemulihan pada bulan September, tingkat ozon pada bulan Oktober mengalami penyusutan signifikan.
Hannah Kessenich, penulis utama studi, menekankan bahwa meskipun Protokol Montreal masih berjalan dengan baik, temuan ini mengindikasikan bahwa lubang ozon besar baru-baru ini mungkin tidak hanya disebabkan oleh CFC. Ilmuwan ozon terkemuka, Susan Solomon, menyoroti bahwa beberapa tahun terakhir telah menjadi tidak biasa, dengan kejadian seperti kebakaran hutan besar di Australia pada tahun 2020 dan letusan gunung berapi di Tonga pada tahun 2022 berpotensi mempengaruhi tingkat ozon.
Namun, tidak semua ahli sepakat dengan temuan ini. Martin Jucker dari University of New South Wales Australia mempertanyakan pemilihan tahun dalam studi, mengingat beberapa tahun tertentu seperti 2002 dan 2019 dihapus dari catatan tanpa alasan yang jelas.
Misteri lubang ozon Antartika semakin kompleks, dan sementara upaya global terus dilakukan untuk memitigasi efek penipisan ozon, penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada aspek yang perlu diungkap untuk memahami fenomena ini secara menyeluruh.