KURASI MEDIA – Dokter spesialis anestesi dan perawatan intensif Dr.Pratista Hendarjana, Sp.An-KIC mengatakan bahwa penggunaan antibiotik dapat berakibat fatal bagi tubuh manusia.
Faktanya, dokter spesialis anestesi dan perawatan intensif ini mengatakan bahwa antibiotik sebenarnya biasa digunakan pada pasien yang sudah sakit parah atau menghadapi penyakit yang mengancam jiwa.
“Antibiotik digunakan pada infeksi bakteri untuk mengobati kondisi yang mengancam jiwa yang mungkin menunjukkan tanda-tanda infeksi,” katanya.
Baca Juga:Mulai Pulih dari Cidera, Apriyani Fokus dengan Persiapan WTF pada Desember Mendatang Debut Manis Heiden Antarkan Jerman ke Final Piala Dunia U-17
Pratista mengatakan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang mengonsumsi antibiotik di rumah tanpa resep dokter saat sakit, meskipun penyakitnya ringan.
Hal ini perlu dikomunikasikan. Jika digunakan secara tidak tepat.
Jika digunakan dengan dosis atau jenis yang salah, obat-obatan keras ini dapat menyebabkan resistensi antimikroba (AMR).
AMR adalah penyakit di mana bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi tidak responsif terhadap antibiotik.
Patogen mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, yang pada akhirnya mempersulit pemulihan di masa depan bagi pasien.
Masalah ini merupakan salah satu ancaman paling serius bagi kesehatan masyarakat, bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi bahwa 10 juta orang akan meninggal pada tahun 2050 karena peningkatan kasus AMR.
“Padahal, WHO telah lama mengadvokasi untuk mencegah penggunaan antibiotik secara sembarangan dan mencegah munculnya resistensi terhadap antibiotik.
AMR menyebabkan 1.27 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2019. Ternyata kita sudah mencapai target tersebut,” jelas Pratista.
AMR dapat terjadi pada semua usia dan sering kali tidak disadari.Hal ini juga dapat terjadi pada kondisi kesehatan.
Baca Juga:Joan Mir Ungkap Fisiknya Telah Membaik Setelah Crash di GP Valencia Bagnaia Yakin Bisa Maksimalkan Potensi Performa Ducati di MotoGP Musim DepanÂ
Pratista mengatakan bahwa antibiotik memiliki banyak nama yang berbeda, dan tidak semua penyakit dapat diobati dengan antibiotik tertentu.
Pratista mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati ketika membeli obat sendiri tanpa bantuan dokter.