KURASI MEDIA – TikTok Shop comeback untuk beroperasi di Indonesia menjadi perbincangan hangat, dengan kabar bahwa TikTok akan bermitra dengan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dalam membentuk e-commerce.
Sementara berita tersebut mendapat perhatian, situasi Pasar Tanah Abang juga turut menjadi sorotan.
Sebelumnya, TikTok Shop telah dituding sebagai penyebab menurunnya penjualan di Pasar Tanah Abang.
Baca Juga:Daftar Pinjol yang Datang ke Rumah Buat Penagihan Galbay, Nasabah Harus Hati-HatiDaftar Situs Lowongan Kerja Terbaik dan Terpercaya, Pencaker Wajib Tahu!
Namun, sejak penutupan resmi TikTok Shop pada awal Oktober 2023, pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini masih tampak sepi.
Kondisi Pasar Tanah Abang sebelum TikTok Shop Comeback
Pantauan Bisnis menunjukkan bahwa dua bulan setelah layanan milik ByteDance Ltd. ditutup, suasana di Pasar Tanah Abang masih lengang. Dengan sedikit pengunjung yang beraktivitas di Blok A dan Blok B Pusat Grosir Tanah Abang.
Abdullah Mansuri, Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), membantah bahwa sepinya kondisi Pasar Tanah Abang sepenuhnya disebabkan oleh kehadiran TikTok Shop.
Menurutnya, hanya sekitar 20% pengaruh dari total penyebab sepinya pasar tersebut, dan faktor lain seperti penurunan daya beli masyarakat pasca-Covid-19 juga ikut berperan.
Meski beberapa pedagang mengklaim adanya pemulihan sedikit setelah penutupan TikTok Shop, tidak semua sepakat dengan pandangan tersebut.
Sumitro, pemilik Toko Wanwan, berpendapat bahwa menurunnya tingkat kunjungan ke Pasar Tanah Abang lebih disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Menanggapi fenomena sepi di Pasar Tanah Abang, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyebut bahwa banjirnya barang impor murah dengan kualitas rendah juga turut berkontribusi terhadap situasi tersebut.
Baca Juga:7 Cara Dapat Kuota Gratis Indosat Aman dan Legal, Boleh DicobaCara Bikin Surat Lamaran Kerja di HP yang Baik dan Benar, Ikuti Tipsnya
Pedagang di pasar ini, meskipun sudah berdagang melalui berbagai saluran daring, masih kalah bersaing dengan penjual online yang menawarkan harga sangat murah.
Faktor lain yang dikemukakan oleh Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mencakup inflasi, tingkat kenyamanan mal, dan perubahan pola konsumsi masyarakat yang beralih ke pembelian secara online.
Konsumsi pakaian, khususnya, melambat karena tidak ada perayaan khusus yang dapat meningkatkan permintaan di kuartal III dan IV/2023.