KURASI MEDIA – Pada akhir tahun 2023, dunia diserbu oleh fenomena alam yang tak terduga: Badai Matahari terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah modern. Peristiwa ini menandai kejadian luar biasa ketika Matahari melepaskan suar terkuatnya dalam enam tahun terakhir, mengguncang atmosfer dengan radiasi energi tinggi.
Fenomena Badai Matahari ini, dengan kategori intensitas X2.8, telah menciptakan gelombang gangguan yang terasa luas, terutama di Amerika Selatan. Pusat Prediksi Cuaca Antariksa (SWPC) menyebutnya sebagai “peristiwa yang luar biasa” dan berpotensi menjadi “salah satu peristiwa radio matahari terbesar yang pernah tercatat.”
Mengutip Earth, dampak dari suar Matahari ini terasa dari satu ujung negara ke ujung lainnya. Selain suar, SWPC juga memantau potensi lontaran massa korona yang diarahkan ke Bumi (CME), awan besar gas magnetik yang dapat menciptakan badai geomagnetik.
Baca Juga:Anti-Hack! Inilah Trik Ampuh Agar WhatsApp Kamu Tetap Aman dari Incaran HackerTenggorokan Nyeri Saat Menelan? Ini 7 Musuh Besarnya, Simak Yuk!
Badai geomagnetik, akibat CME yang menghantam Bumi, memiliki potensi mengganggu jaringan listrik dan infrastruktur lainnya. Namun, di balik tantangan ini, Badai Matahari juga membawa keindahan alam yang luar biasa, meningkatkan intensitas aurora yang terlihat dari New York hingga negara bagian Washington, Amerika Serikat.
Dampak Global dan Potensi Ancaman
Menurut laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dampak Badai Matahari dapat dirasakan di berbagai belahan dunia. Area yang terkena dampak terutama berada di sebelah barat laut 55 derajat Lintang Geomagnetik.
Fluktuasi jaringan listrik dapat terjadi, menyebabkan alarm tegangan pada sistem daya lintang tinggi. Sistem pesawat ruang angkasa dan orientasi satelit juga rentan terhadap ketidakteraturan. Bahkan, satelit yang mengorbit rendah di Bumi mungkin mengalami peningkatan hambatan.
Perambatan radio frekuensi tinggi juga dapat mengalami penurunan pada lintang yang lebih tinggi. Semua ini menciptakan tantangan global dalam menjaga stabilitas teknologi dan infrastruktur.
Dampak Terhadap Indonesia
Meskipun Indonesia terletak di khatulistiwa, bukan berarti negara ini bebas dari dampak Badai Matahari. Johan Muhammad, peneliti di Pusat Antariksa BRIN, menjelaskan bahwa cuaca antariksa akibat aktivitas Matahari dapat mengganggu komunikasi radio frekuensi tinggi (HF) dan mengurangi akurasi navigasi berbasis satelit seperti GPS.