Kisahnya mengikuti perjalanan seorang anak laki-laki melintasi dunia fantasi yang dipenuhi air untuk menyelamatkan ibu tirinya, dengan bantuan makhluk-makhluk kecil yang aneh. Film ini dianggap sebagai karya yang sangat personal bagi Miyazaki, dengan karakter-karakternya mencerminkan dirinya sendiri.
The Boy and the Heron membuka tirai ke dalam dunia pikiran Miyazaki dan menawarkan pesan yang mengharukan tentang masa depan generasi berikutnya. Meskipun dunia nyata penuh dengan kekacauan dan kekerasan, film ini menyampaikan pesan bahwa masa depan tetap berada di tangan yang tepat.
4. GODZILLA MINUS ONE
Waralaba Godzilla memiliki unsur-unsur drama manusia yang memperlihatkan kehancuran yang ditimbulkan oleh monster tersebut. Godzilla Minus One, yang ditulis dan disutradarai oleh Takashi Yamazaki, kembali kepada peran asli Godzilla sebagai simbol trauma nuklir pasca-perang di Jepang.
Baca Juga:Inilah 6 Produk Teknologi yang Paling Ditunggu di 2024Penelitian Terbaru AI, Kekuatan dan Ancaman yang Perlu Dikendalikan
Film ini menghadirkan momen-momen kecil dan tenang di tengah kehadiran monster raksasa tersebut, memberikan perhatian pada nilai keluarga dan persahabatan. Meskipun ada adegan yang menghancurkan, namun penampakan Godzilla yang jarang-jarang membuat bulu kuduk merinding.
Film ini dianggap memiliki jiwa dan kesan pribadi yang kuat, sebagaimana film kaiju perdana karya Ishirō Honda. Keberadaan monster yang mengerikan ini mendorong kita untuk menghargai sensasi kecil dari kehidupan sehari-hari dan hubungan yang tak terduga. Dengan bantuan para produser legendaris di Toho, Godzilla Minus One menjadi pengalaman yang menggembirakan dan mencekam bagi penonton.
3. POOR THINGS
Poor Things, sebuah film yang sengaja mengejutkan, menawarkan pengambilan kembali kisah monster Frankenstein dengan sudut pandang feminis. Emma Stone memberikan penampilan yang liar dan bebas sebagai Bella Baxter, seorang wanita yang dihidupkan kembali oleh Dr. Godwin Baxter. Bella melarikan diri dari kehidupan yang terlindungi dan melakukan perjalanan dengan pengacara hedonis Duncan Wedderburn.
Dalam perjalanan ini, Bella menemukan jati dirinya melalui pengalaman seksual dan intelektual di abad ke-19 yang mewah. Film ini menawarkan perspektif yang tidak biasa dan dirancang dengan estetika arsitektur yang aneh. Dalam era di mana film-film sering kali menjadi serupa, Poor Things adalah kejutan yang menyegarkan.