KURASI MEDIA – Sebuah penelitian baru dari Lancaster University memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) perlu dipahami dan dikelola dengan lebih baik, karena AI dan algoritme dapat memperburuk radikalisasi, meningkatkan polarisasi, serta menyebarkan rasisme dan ketidakstabilan politik.
Profesor Joe Burton, seorang ahli keamanan internasional, mengungkapkan bahwa Artificial Intelligence dan algoritme tidak hanya digunakan oleh badan keamanan nasional untuk melawan aktivitas online berbahaya, tetapi juga dapat menyebabkan polarisasi, radikalisme, dan kekerasan politik, sehingga menjadi ancaman bagi keamanan nasional itu sendiri.
Makalah yang diterbitkan oleh Profesor Burton dalam Jurnal Teknologi berdampak tinggi di Masyarakat menjelaskan bagaimana Artificial Intelligence telah diamankan sepanjang sejarahnya, baik dalam penggambaran media maupun budaya populer.
Baca Juga:Humane AI Pin: Memproyeksikan Masa Depan pada Telapak Tangan AndaTerbukti Ampuh! Cara Menghasilkan Uang Melalui CapCut
Makalah ini juga menyoroti contoh-contoh AI modern yang memiliki efek polarisasi dan radikalisasi yang berkontribusi pada kekerasan politik. Film-film seperti The Terminator dianggap sebagai contoh yang menggambarkan ketakutan akan efek dari kecerdasan buatan yang canggih dan ganas.
Penelitian ini mencatat bahwa AI juga digunakan dalam konteks peperangan dan keamanan siber. Misalnya, drone yang canggih sekarang memiliki kemampuan otonomi penuh dalam mengenali dan mengidentifikasi target.
Meskipun ada perdebatan luas untuk melarang ‘robot pembunuh’ dan menjaga keterlibatan manusia dalam pengambilan keputusan yang menyangkut hidup dan mati, penggunaan AI dalam drone bersenjata terus berlanjut dengan pesat.
Di bidang keamanan siber, AI banyak digunakan untuk mempengaruhi opini publik dan perang psikologis online, seperti yang terjadi dalam campur tangan Rusia dalam pemilihan umum AS 2016 dan skandal Cambridge Analytica.
Selama pandemi Covid-19, Artificial Intelligence juga digunakan untuk melacak dan mendeteksi virus, namun juga menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan hak asasi manusia. Penelitian ini menekankan bahwa perlu ada pemahaman yang lebih baik tentang masalah desain AI, data yang digunakan, cara penggunaan, serta hasil dan dampaknya.
Profesor Burton menyimpulkan bahwa para peneliti di bidang keamanan siber dan hubungan internasional memiliki tanggung jawab untuk membangun aspek ini ke dalam agenda penelitian AI yang sedang berkembang, serta memperhatikan dampak sosial yang dihasilkan.