KURASI MEDIA – Serangan Israel terhadap penduduk Palestina, terutama di Gaza, terus berlanjut, menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, termasuk rumah sakit. Terputusnya akses air dan makanan telah mengakibatkan kelaparan yang mengancam penduduk Gaza.
Kelaparan dan peningkatan penyakit menular, seperti diare dan infeksi pernapasan atas, meresahkan. Minimnya akses air bersih dan melemahnya sistem kesehatan semakin memperburuk kondisi masyarakat Gaza, dengan genosida di Gaza menarik perhatian negara dan organisasi internasional.
Menurut Integrated Food Security Phase Classification (IPC), Gaza mengalami tingkat kerawanan pangan yang sangat parah, meningkatkan risiko kelaparan harian. Diperkirakan 93 persen penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan, meningkatkan jumlah penyakit terutama pada anak-anak, perempuan hamil, ibu menyusui, dan lansia. Misinya ke Gaza Utara melaporkan keluhan kelaparan dari setiap orang yang ditemui, bahkan di rumah sakit atau ruang gawat darurat.
Baca Juga:Ternyata ini Makna Kembang Api Saat Malam Tahun Baru4 Smartphone ini Siap Meluncur Awal Januari 2024
Data dari WHO menunjukkan bahwa lebih dari 100 ribu kasus diare dilaporkan sejak pertengahan Oktober, dengan setengahnya menyerang anak balita. Penyakit lain, seperti infeksi pernapasan atas, meningitis, ruam kulit, skabies, kutu, dan cacar air juga melanda penduduk Gaza.
Hepatitis dicurigai karena gejala kuning yang muncul. Kondisi kelaparan memperlemah sistem kekebalan tubuh, membuat mereka rentan terhadap penyakit.
WFP melaporkan bahwa setengah penduduk Gaza mengalami kelaparan, dengan sembilan dari sepuluh warga Palestina makan kurang dari satu kali sehari. Kesulitan mendapatkan air bersih juga dihadapi, memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan risiko penyakit.
Malnutrisi dapat meningkatkan risiko kematian pada anak-anak akibat penyakit diare, pneumonia, dan campak, dengan efek jangka panjang pada pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
Ibu menyusui juga berisiko tinggi mengalami malnutrisi, memengaruhi pemberian ASI. Kesehatan mental yang memburuk, terutama pada perempuan, juga memengaruhi tingkat pemberian ASI.
Sanitasi dan higiene yang tidak memadai, bersama dengan sistem kesehatan yang runtuh, memperburuk kondisi di Gaza. Dengan lebih dari 1,9 juta orang mengungsi dan lebih dari 1,4 juta tinggal di tempat penampungan sesak, penyebaran penyakit semakin mudah.
Perang yang terus berlanjut meruntuhkan akses layanan kesehatan di Gaza, meningkatkan risiko kematian akibat kelaparan dan penyakit yang bisa diobati jika sistem kesehatan berfungsi. WHO menyerukan gencatan senjata kemanusiaan untuk menyelamatkan masyarakat Gaza.