Data Kemenkes RI 2022 mencatat 136 kasus kanker per 100.000 penduduk, menempatkan Indonesia di peringkat ke-8 di Asia Tenggara. Dengan rasio PET scan 1:0,029, Indonesia perlu menambah alat deteksi kanker untuk memenuhi kebutuhan.
”Salah satu inisiatif strategis kami adalah dengan mendirikan Bio Farma Lifescience, yang menuntut studi sistematis dan holistik organisme hidup, dengan fokus tujuan melahirkan berbagai terobosan ilmiah. termasuk dalam pengembangan dan produksi radiofarmaka yang merupakan produk kesehatan berbasis teknologi nuklir yang memiliki peran sangat penting dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit, terutama kanker,” papar Shadiq, Senin (9/9).
Keputusan Bio Farma untuk terjun ke industri radiofarmaka, kata Shadiq, bukanlah langkah yang diambil tanpa pertimbangan yang matang. Sebelumnya, Bio Farma telah melakukan penelitian dan pengembangan mendalam di bidang ini dan memiliki anak perusahaan bernama INUKI yang bergerak dalam industri yang berbasis nuklir.
Baca Juga:Dorong penggunaan PLTS Atap, Direksi PLN Icon Plus kunjungi PT Indocement Tunggal Prakarsa di CirebonNovo Nordisk dan Bio Farma Umumkan Kemitraan dalam Proses Produksi Insulin untuk Penderita Diabetes di Indo
”Produk radiofarmaka mampu mendeteksi sel-sel kanker secara presisi dan pada saat yang sama, memberikan terapi yang efektif tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Ini menjadi solusi yang sangat diharapkan bagi pasien dengan penyakit yang sulit dideteksi pada tahap awal,” urai Shadiq.
Selain itu, Bio Farma menyadari bahwa radiofarmaka akan menjadi bagian penting dari ekosistem kesehatan masa depan, terutama dalam konsep theranostic yang mengintegrasikan dua aspek penting yaitu terapi dan diagnosis. Sehingga, pasien tidak hanya mendapatkan deteksi dini atas penyakitnya, tetapi juga bisa langsung ditangani dengan metode terapi yang tepat.
”Dengan masuknya Bio Farma ke dalam ekosistem ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam penyediaan layanan kesehatan modern yang efektif dan terjangkau,” ujarnya.
”Melalui Fasilitas Cyclotron yang kita resmikan hari ini, kita bisa untuk menjadi pionir dalam pengembangan dan produksi radiofarmaka di Indonesia. Fasilitas ini akan memperkuat posisi Indonesia di kancah global, sekaligus memenuhi kebutuhan dalam negeri akan produk-produk medis berbasis teknologi tinggi,” tandasnya.
Shadiq memerinci, angka kematian akibat kanker bisa ditekan dengan cara deteksi dini salah satunya dengan menggunakan alat PET/CT. Untuk bisa dilakukan test PETSCAN, maka pasien perlu disuntikan gula radioaktif yang disebut dengan FDG-18. Gula radioaktif ini dihasilkan oleh alat Cyclotron. (*)