KURASI MEDIA – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali mencuri perhatian dengan kebijakan barunya yang bisa dibilang cukup berani dan berbeda dari kebanyakan aturan pendidikan yang sudah ada selama ini.
Kali ini, Dedi mengusulkan sebuah langkah yang akan berdampak langsung pada rutinitas belajar siswa di seluruh sekolah di Jawa Barat, yaitu menghapus PR alias Pekerjaan Rumah.
Dalam sebuah video yang diunggah ke akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71, Dedi menjelaskan rencana tersebut secara terang-terangan.
Baca Juga:Kasus Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Jangan PanikDiskon Tarif Listrik Batal, Warga Bandung: Padahal Sangat Membantu Dibanding BSU
Ia menyampaikan bahwa mulai tahun ajaran baru 2025–2026 mendatang, waktu masuk sekolah akan dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB di seluruh wilayah Jawa Barat.
Kebijakan ini menjadi bagian dari konsep pembentukan disiplin dan pembiasaan bangun pagi bagi para pelajar.
Ia juga menyatakan keinginannya untuk menghapus sistem PR atau tugas-tugas sekolah yang biasa dibawa pulang.
Menurut Dedi, anak-anak tidak lagi perlu merasa terbebani dengan setumpuk pekerjaan sekolah di rumah.
Ia menekankan pentingnya membatasi aktivitas anak di luar rumah, terutama di malam hari, yaitu tidak boleh keluar lebih dari pukul 21.00 WIB tanpa keperluan mendesak atau pendampingan dari orang tua.
“Anak-anak nggak boleh lagi keluar rumah lewat jam 9 malam, kecuali memang ada hal penting dan atas izin orang tua. Jadi, ya wajar kalau PR juga dihapus. Biar mereka bisa istirahat atau bantu-bantu di rumah,” ujar Dedi.
Dedi menyampaikan bahwa seluruh tugas atau pekerjaan sekolah akan dikerjakan di lingkungan sekolah saja.
Baca Juga:BRI Salurkan Bantuan TJSL Senilai Rp165 Juta untuk Dukung Karya Bakti Kodam III/SiliwangiKepedulian PLN Icon Plus Terhadap Keindahan dan Keselamatan Masyarakat dengan Perapihan dan Penertiban Kabel
Ia ingin mengembalikan fungsi rumah sebagai tempat beristirahat, berkumpul bersama keluarga, dan juga sarana untuk melatih tanggung jawab sosial anak dalam keluarga.
“Tugas sekolah ya diselesaikan di sekolah. Di rumah, waktunya anak-anak untuk recharge, baca buku santai, olahraga ringan, bantuin orang tua, atau belajar hal-hal dasar seperti bersih-bersih rumah, nyuci piring, bahkan masak bagi yang perempuan,” katanya.
Menurut Dedi, keseimbangan antara akademik dan kehidupan rumah tangga sangat penting bagi tumbuh kembang anak.
Anak-anak tidak hanya pintar secara akademik, tapi juga harus pintar dalam kehidupan nyata, bisa mandiri dan berempati.