Meski menyadari bahwa kebijakan ini akan memunculkan perdebatan dan respons yang beragam dari masyarakat, Dedi mengaku sudah siap mental. Ia menegaskan bahwa pro dan kontra adalah bagian yang wajar dari proses demokrasi.
Yang paling penting, katanya, adalah niat tulus di balik kebijakan tersebut: membentuk generasi muda Jawa Barat yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga sehat, baik, jujur, dan cekatan.
“Pro kontra sih pasti ada. Tapi buat saya, itu biasa dalam demokrasi. Yang penting, tujuannya jelas, untuk menciptakan anak-anak Jawa Barat yang Cageur (sehat), Bageur (baik), Bener (jujur), Pinter (cerdas), dan Singer (cekatan),” pungkas Dedi.