Teks Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Jagalah Alam, Jangan Malah Merusaknya

Teks Khutbah Jumat
Teks khutbah Jumat 13 Juni 2025 tentang menjaga alam. (Pixabay/HelloVector)
0 Komentar

Sebaliknya, gunakanlah seluruh potensi yang kita miliki untuk merawat, melestarikan, dan menumbuhkan kehidupan. Karena sekecil apa pun usaha menjaga kelestarian bumi, jika tujuan dan niatnya adalah karena Allah, maka ia menjadi amal saleh yang berbuah pahala.

Namun jika kita merasa belum mampu memberikan kontribusi besar dalam menjaga kelestarian alam, maka setidaknya jangan menjadi bagian dari perusaknya.

Oleh sebab itu, Syekh Muhammad Mutawalli asy-Syarawi dalam kitab Tafsir wa Khawathirul Umam, jilid I, halaman 691 menjelaskan bahwa spirit dari ayat di atas adalah memerintahkan kita semua untuk menjadi manusia yang santun terhadap alam semesta di sekitar.

Baca Juga:Naskah Khutbah Jumat Tentang Dosa Melakukan Maksiat di Bulan RajabContoh Teks Khutbah Jumat Tentang Sahkah Berwudhu Orang Berkuku Panjang?

Jika tidak mampu memperindah atau memperbaikinya, maka paling tidak, biarkanlah ia tetap dalam kondisi aslinya tanpa kita rusak.

فَلْتَكُنْ مُؤَدباً مَعَ الْكَوْنِ مِنْ حَوْلِكَ، فَإِذَا لَمْ تَسْتَطِعْ أَنْ تَزِيْدَهُ حُسْنًا فَلاَ أَقَلَّ مِنْ أَنْ تَدَعَهُ كَمَا هُوَ دُوْنَ أَنْ تُفْسِدَهُ

Artinya, “Maka bersikap santunlah terhadap alam semesta di sekitarmu. Jika engkau tidak mampu menambah keindahannya, maka paling tidak biarkanlah ia sebagaimana adanya, tanpa engkau rusak.”

Namun ma’asyiral muslimin, Kita juga tidak boleh menutup mata bahwa perusakan alam sering kali tidak semata-mata akibat perilaku individu, tetapi juga dilakukan secara sistematis oleh pihak-pihak yang memiliki kuasa besar, baik itu perusahaan maupun negara.

Maka kewajiban menjaga lingkungan tidak hanya dibebankan pada warga biasa, tetapi terutama pada mereka yang punya wewenang, akses, dan skala dampak yang jauh lebih besar dari warga biasa.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Menjaga alam adalah bagian dari penghambaan kita kepada Allah. Namun yang lebih penting juga untuk diingat adalah peringatan tegas dari Allah agar kita tidak menjadi perusak setelah alam ini ditata dengan penuh keseimbangan.

Sebab, merusak alam berarti menentang sistem yang Allah ciptakan dengan benar dan lurus. Dan kerusakan sekalipun awalnya tampak kecil, bisa berujung pada bencana yang lebih besar, seperti banjir, kekeringan, wabah, hingga krisis pangan dan iklim.

Maka, jika kita belum mampu menanam, setidaknya jangan menebang. Jika tidak bisa memperbaiki, jangan menambah rusak. Karena diam yang menjaga lebih baik daripada gerak yang merusak, dan membiarkan alam tetap utuh lebih mulia daripada mengubahnya menjadi kehancuran.

0 Komentar