Iran Ancam Penutupan Selat Hormuz, Ini Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia

Peta Selat Hormuz yang merupakan jalur internasional pengiriman minyak dan gas dunia
Peta Selat Hormuz yang merupakan jalur internasional pengiriman minyak dan gas dunia.
0 Komentar

KURASI MEDIA – Konflik antara Iran dan Israel sudah tidak dapat dihindari. Terbaru, Iran mengancam akan menutup selat Hormuz. Selat yang menjadi jalur utama dalam kelancaran distribusi energi dunia.

Setelah serangan bom AS yang dilancarkan beberapa waktu lalu, Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran disebut harus mempertimbangkan apakah akan menutup selat Hormuz atau tidak. Salah satu sumber menyebut, jika keputusan menutup selat ini belum final.

Meskipun begitu, salah satu anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Esmail Kosari menyebut jika parlemen sudah sampai pada Kesimpulan harus menutup selat Hormuz, akan tetapi keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.

Baca Juga:Sidang Gugatan UU TNI Kembali Digelar, Menkum: 'Pemohon Tidak Memiliki Pertautan Langsung'Meninjau Persiapan Sekolah Rakyat yang Akan Dibuka Juli Mendatang

Dampak Bagi Indoneisa Jika Selat Hormuz Ditutup

Ancaman mengenai penutupan ini bisa berdampak besar bagi perdagangan dunia. Selat Hormuz merupakan jalur penting yang biasa digunakan sebagai jalur utama rantai pasok minyak bumi dan gas alam.

Selat yang terletak diantara Iran dan Oman ini menghubungkan sejumlah negara seperti Arab Saudi, Irak, Bahrain, Qatar, Kuwait, dan Uni Emirat Arab dan mengangkut lebih dari 17 juta barel minyak per hari.

Menurut keterangan tertulis, setiap bulan, ada sekitar 3.000 lebih kapal yang mengangkut gas alam cair lewat selat ini. U.S Energy Information Administration (EIA) mencatat, sekitar 83 persen dari gas alam cair dikirim ke negara Asia seperti China, Jepang, Korea Selatan dan India.

Jika Iran sampai menutup akses jalur selat Hormuz, bukan tidak mungkin jika aliran minyak global akan terganggu. Jika aliran terganggu maka otomatis pasokan minyak akan berkurang. Kurangnya pasokan minyak tentu akan mengakibatkan lonjakan harga minyak.

Lonjakan harga minyak ini tentu akan berdampak pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. “Indonesia tidak boleh menonton dalam diam. Pemerintah Indonesia harus segera bertindak, bukan sekadar membuat pernyataan normatif. Presiden dan jajarannya harus mempersiapkan langkah darurat menghadapi lonjakan harga minyak dunia, ujar Syarifuddin, Ekonom Universitas Andalas.

Satu suara dengan Syarifuddin, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebut, melebarnya konflik di Timur Tengah bisa mengakibatkan lonjakan minyak. Naiknya biaya impor BBM akan menyebabkan inflasi harga. Ditengah turunnya daya beli masyarakat saat ini, akan semakin sulit jika BBM ikut naik.

0 Komentar