KURASI MEDIA – Upaya Indonesia menjadi pemain utama dalam industri energi bersih mendapat dorongan baru. Perusahaan energi dan sumber daya alam Indonesia, Danantara, resmi menjalin kerja sama strategis dengan raksasa energi asal Tiongkok, GEM China, untuk mengembangkan pusat pengolahan nikel hijau di Sulawesi.
Komitmen pada Transisi Energi Bersih
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di Jakarta, yang disaksikan langsung oleh perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Proyek ini disebut sebagai langkah besar dalam memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) sekaligus mendukung target net zero emission 2060.
CEO Danantara menyatakan, “Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Melalui sinergi dengan GEM China, kami ingin memastikan pengolahan dilakukan dengan teknologi hijau yang ramah lingkungan.”
Baca Juga:Pemerintah Dorong Revisi UU Pekerja Migran untuk Cegah Keberangkatan Non ProseduralDPR Sahkan Pembentukan Kementerian Haji Baru Usai Revisi UU
Pusat Pengolahan Nikel Hijau Pertama di Indonesia
Pusat pengolahan ini akan menggunakan teknologi low-carbon hydrometallurgy untuk meminimalisasi emisi karbon dalam proses produksi. Selain itu, limbah produksi akan diolah kembali sehingga mengurangi dampak lingkungan.
Proyek ini diproyeksikan mampu menghasilkan ribuan ton bahan baku nikel berkualitas tinggi setiap tahunnya yang siap dipasok untuk industri baterai kendaraan listrik global.
Manfaat Ekonomi dan Sosial
Kehadiran pusat pengolahan nikel hijau diprediksi membawa sejumlah manfaat, antara lain:
Meningkatkan nilai tambah nikel Indonesia, tidak hanya mengekspor bahan mentah.Menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal di Sulawesi.Mendorong investasi asing langsung (FDI) di sektor energi bersih.Menguatkan posisi Indonesia dalam rantai pasok global kendaraan listrik.
Menurut analis industri tambang, kerja sama ini akan memperkuat branding Indonesia sebagai hub energi bersih di Asia Tenggara.
Tantangan Keberlanjutan
Meski prospeknya cerah, proyek ini tetap dihadapkan pada tantangan. Isu lingkungan dan tata kelola tambang menjadi perhatian publik. Aktivis lingkungan meminta agar pembangunan pusat pengolahan ini benar-benar memperhatikan standar ESG (Environmental, Social, and Governance) sehingga tidak menimbulkan kerusakan ekosistem di sekitar area tambang.
“Industri nikel bisa menjadi peluang emas bagi Indonesia, tapi jangan sampai mengorbankan lingkungan hidup dan masyarakat lokal,” ujar salah satu pengamat lingkungan.